Mohon tunggu...
Prasetya Marisa
Prasetya Marisa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pekerja , Pembelajar, dan Penulis Buku Diari.

Mencintai apa yang bisa dicintai. Hidup untuk masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak memiliki apapun termasuk diri sendiri. Mengejar kesempurnaan walau tak pernah sempurna. Selalu ada cela. Noda.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perpisahan dari Samarinda

27 September 2021   10:45 Diperbarui: 27 September 2021   11:02 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di Samarinda, terputus sudah segala ikatan. Terkembang sudah layar perpisahan dari Sungai Mahakam. Orang-orang dari Segiri pun menghantar pelepasan. Usai sudah apa yang dibangun. Selesai sudah apa-apa yang diusahakan. Jembatan Mahkota pun penuh dengan derai air mata. Matamu yang sendu. 

Ku katakan, "Janganlah dikau menangis."

Kau berikan aku sebuah boneka, tas, dan seorang anak laki-laki berkacamata. tak lupa sepucuk surat bertuliskan penolakan. 

Ku katakan lagi, "jangan dikau menangis. karena yang meminta usai adalah dirimu."

Ia pun tak menangis lagi. Aku pergi dari Sungai Mahakam menuju laut Jawa. Sesampainya disana, kutenggelamkan semua. Perasaan, jiwa dan tubuh, yang semua bertuliskan engkau. Semua yang engkau sentuh termasuk hatiku. Biarkan semua melebur. Menjadi buih-buih kenangan.

-tamat-

Some Where, 27 September 2021. Puisi balasan untuk puisi sebelumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun