Mohon tunggu...
Rizky Kurniawan
Rizky Kurniawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pribadi

Ilmu Komunikasi di Universitas Islam Syekh-Yusuf Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Lavender

19 Oktober 2018   21:02 Diperbarui: 19 Oktober 2018   21:20 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Apa yang Anda lihat?" tanya Himori, sedikitnya penasaran saat Tuan mudanya bertingkah aneh dua hari ini. Dia terlihat selalu memperhatikan sesuatu yang entah apa, tiap melewati ruangan perawatan itu.

"Tidak ada," jawab Calvin cepat.

Setelah mendengar jawaban itu, Himori tidak mau ambil pusing lagi. Dia lebih memilih untuk tidak mencari tahu lebih lanjut.

**

"Hey, pemalas! Kamu tahu tidak? Tak jauh dari sini, ada perempuan dengan rambut hitam panjang terurai. Dia cantik, dan sangat pandai melukis. Setiap aku datang ke sini untuk menemuimu, aku tidak pernah absen untuk melihatnya melukis.

"Kau tahu? Lukisannya sangat indah, semua yang digambarnya adalah jenis-jenis bunga. Untuk apa ya, lukisan-lukisan itu? Menurutmu, apakah aku harus bertanya langsung kepadanya?" Calvin terlihat sedang bicara pada Axel yang masih berbaring tanpa kesadaran.

"Aku malu. Tiap kali dia memergokiku, aku selalu pergi. Tapi, kau harus tahu, Axel. Aku tidak pernah absen untuk tersenyum ke arahnya. Dia sangat cantik, matanya membuatku damai. Sama seperti saat aku berada di pelukan Ibu. 

Ya ... matanya seperti itu. Jadi, bagaimana saranmu? Apa aku harus menemuinya, lalu mencoba mengajaknya bicara?" Calvin berhenti untuk mendengarkan respon kakaknya. 

Tapi sayang beberapa detik berlalu, belum ada tanda-tanda Axel akan menjawab pertanyaannya. "Kau terlampau malas, Axel! Paling tidak, harusnya kau menjawab kalau ditanya seseorang. Huh!" Anak itu beranjak pergi dari kursinya, raut kekesalan tergambar jelas di wajah bulatnya. Calvin keluar dari ruangan.

Saat beberapa langkah Calvin berjalan, dia bisa melihat Himori dengan bungkusan pelastik berjalan ke arahnya. "Tolong jaga si pemalas itu! Dia masih tidak mau bangun juga, rupanya. Mambuatku kesal saja," ucapnya saat berpapasan dengan Himori.

Lelaki tua itu mengerutkan keningnya, heran. "Apa tidak mau makan dulu? Saya sudah membelikan pizza untuk Anda." Himori bertanya, sambil mengangkat sedikit pelastik yang dibawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun