Tetapi bukankah mendatangkan Shin Tae Yong juga beresiko karena dirinya belum pernah menangani timnas Indonesia? Yak, benar sekali. Resiko pasti akan selalu ada. Sama saja dengan mempekerjakan kembali Luis Milla maka ada resiko pencapaiannya tidak berubah yaitu bermain bagus dan menghibur tapi tidak kunjung menjadi juara.
Jangan lupakan bahwa pengalaman Shin Tae Yong menangani salahsatu raksasa Asia Korea Selatan merupakan nilai plus berkenaan dengan pemahamannya pada sepakbola Asia. Pada poin ini, Indonesia bisa mengejar kemajuan secara bertahap di level Asia Tenggara lalu kemudian naik ke level Asia. Ketika beranjak ke level dunia pun Shin punya pengalaman merasakan atmosfer Piala Dunia 2018. Klop kan?
Memilih Shin Tae Yong adalah pilihan tidak populer yang layak dicoba. Apalagi jika berbicara soal gaji dimana keduanya memiliki perbedaan yang besar. Sebagai gambaran, Mirror melansir gaji Shin Tae Yong saat melatih timnas Korea Selatan pada 2017 sampai 2018 adalah sebesar 7 miliar per tahun. Bandingkan dengan gaji Milla yang mencapai 2 miliar per bulan alias 24 miliar per tahun (dengan hasil kerja membawa timnas bermain bagus tapi tidak pernah juara).
Sederhananya, saya menilai sosok Shin Tae Yong adalah yang paling pantas menangani timnas senior Indonesia saat ini. Profil dan pengalaman kepelatihannya cocok untuk disandingkan dengan kebutuhan timnas serta kesanggupan budget PSSI untuk mendatangkan pelatih asing.
Resiko salah pilih tetap ada dan hal sama juga berlaku jika PSSI memilih Milla.Tetapi diluar semua itu Shin Tae Yong adalah pilihan paling bijak dan paling tidak emosional.
Jangan terbuai cerita indah masa lalu bersama Luis Milla karena "Mantan Terindah" itu belum pernah menghadiahkan gelar juara buat publik sepakbola nasional.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI