Ada sebuah cuitan dalam kolom komentar berita perselingkuhan tesebut, begini bunyinya "sejak awal saya tidak suka vokalis perempuan itu ada di band yang isinya lebih banyak laki-laki, apalagi perempuan itu bernyanyi yang membuat suaranya dinikmati banyak laki-laki. Suara perempuan adalah aurat" Entah lah, saya merasa orang itu berbicara mengenai aurat dan agama, tapi lupa bahwa seorang Qoriah dianugerahi suara yang begitu indah dari Allah untuk bisa melantunkan ayat suci Al-Quran, hingga membuat hati siapa saja yang mendengarnya tesentuh, apalagi jika turut memahami arti dari setiap ayat yang dibacakan. Apakah suara Qoriah itu aurat? Apakah itu memicu naiknya hormon testosteron seseorang? Jika iya, berarti kesalahan ada pada otak orang itu, bukan perempuan. Mengapa segala yang melekat di tubuh perempuan dianggap pemancing nafsu, dan akar dari segala kegaduhan?
Kasihan betul perempuan, sejak kecil hingga dewasa kerap dihakimi, dituduh, disalahkan, dikontrol tubuh dan pikirannya. Entah sampai kapan masyarakat kita akan terus menyusuri jejak kaki patriarki yang sudah susah payah coba dihapus oleh Kartini. Ini lah pentingnya berbicara mengenai saling menghormati, bukan tentang dia laki-laki atau perempuan. Menghormati sebagai sesama manusia ciptaan Tuhan. Manusia bernyawa, bukan benda mati yang tak mengenal rasa.
Berbicara mengenai sosok perempuan juga bukan hanya tentang wajah cantik atau kurang cantik, tubuh gemuk atau kurus, selangkangan putih atau hitam, vagina perawan atau tidak perawan, bokong besar atau tipis, buah dada menyembul atau rata, tapi juga berbicara soal kemandirian, kebaikan, kerja keras, kecerdasan, kesabaran, keberanian, dan ketulusan perempuan dalam menghiasi setiap lini kehidupan manusia.
