Perjalanan dari kotaku ke Garut sekitar 5 Jam, ada banyak kejadian yang terjadi saat menuju Garut dari mulai salah satu teman hampir ketinggalan hingga minibus yang mogok di tengah jalan tol. Yang ada diotakku sudah tak bersahabat lagi, banyak pikiran negative yang mundar mandir. Tapi setelah beberapa jam melakukan perjalanan akhirnya kami sampai. Setelah kami makan siang dan packing ulang kami menuju BC (Basecamp) yang jaraknya cukup jauh dari tempat kami berada.
Di sepanjang perjalan menuju puncak banyak hal yang aku renungkan, tentang diriku dan tentag dia. Sebuah kesalahan ketika aku mendaki saat ini bukan karena ingin melihat keindahan yang Tuhan ciptakan, tapi untuk melepas beban dan rasa sakit kehilangan dia. Aku lelah saat mulai mendaki tapi aku benar-benar berkeinginan untuk menuju puncak. Aku ingin semua orang tau terutama dia bahwa aku bukan wanita manja yang ia pikirkan selam ini. Sebuah hadiah terbesar setelah aku mampu mencapai puncak. Rasa sakitku sirna setelah aku melihat indahnya kota Garut dari ketinggian 2249 Mdpl. Semua rasa sedih, kecewa, marah, sakit dan menyesal melebur jadi satu menjadi sebuah haru kebahagian.
Setelah aku berhasil menaklukan egoku di salah satu atap di Garut, aku menjadi pribadi yang lebih positif aku seperti memiliki energi yang tak tahu datang darimana. Gunung jadi tempat ternyamanku setelah itu. Dari gunung aku punya banyak temen, karena gunung aku menjadi pribadi yang humble dan karena gunung aku belajar ikhlas-melepasnya yang tak bisa bersamaku lagi.
Setelah beberapa bulan hatiku sudah semakin membaik dan saatnya aku mendaki lagi. Bukan untuk melepaskan rasa sakit tapi untuk menikmati alam dan keindahan sang pencipta. Kali ini aku mendaki bersama Faris tentu saja, karena kata dia selama tiga kali mendaki aku harus tetap bersamanya. Kali ini aku memilihi Gunung Gede-Pangrango sebagia tempat melepas rindu. Kali ini pendakianku mulai tertata tak seperti pendakian pertama yang hancur karena persiapan dan sebagainya.
Perjalan dari basecamp Gunung Putri masih di bilang sangat lancar, walaupun seperti biasa pendakian sempat tersendak karena Faris terlambat datang. Tapi semua berjalan lacar hingga alun-alun surya kencana. Aku masih tersenyum saat itu tapi setelah itu berubah jadi tangis, setelah seseorang yang tak ingin ku lihat lagi menyepaku.
"Ra....apa kabar?". Suara yang menemaniku selama 4 tahun masih terdengar begitu jelas, aku bebalik dan melihatnya tersenyum.
"Ra...lama ya gak ketemu. Aku rindu kamu". Kalimat itu dengan mudah meluncur dari bibirnya.
"Kabar baik, kamu gimana?".
"Sedikit sakit Ra, aku nyesel. Bisa gak sih kita bersama lagi. Aku banyak merenung selama ini".
"Kayanya gak bisa, kita akhiri aja secara resmi.Hahaha bukankah kita memang sudah berakhir dari awal". Bodohnya mata tak bisa di ajak kompromi air mata meluncur begitu saja di pipiku.
"Ra, aku bodoh dulu minta kita break".