Dan ketika Pak Mat mencicipi kopi itu, untuk pertama kalinya dalam sebelas tahun, dia tersenyum. "Rasanya hampir sama," katanya dengan mata berkaca-kaca. "Hampir seperti kopi Mama."
Tidak persis sama, memang. Tapi aku tahu, rahasia kopi bukan terletak pada kesamaan rasa, tapi pada cinta yang dimasukkan ke dalam setiap tetesan.
***
Aku adalah cangkir yang telah menyaksikan tiga generasi cinta. Cinta Ibu yang rela menderita dalam diam demi kebahagiaan keluarga. Cinta Sari yang belajar melanjutkan warisan ibu meski hatinya masih terluka.
Dan suatu hari nanti, aku akan menyaksikan cinta generasi selanjutnya, ketika anak-anak Sari belajar menyeduh kopi dengan cinta yang sama.
Karena itulah rahasia sesungguhnya dari kopi terakhir Ibu. Bukan bahwa itu benar-benar terakhir, tapi bahwa cinta yang dimasukkan Ibu ke dalam kopi itu akan terus berlanjut, diwariskan dari tangan ke tangan, dari hati ke hati, dari generasi ke generasi.
Cinta seorang ibu memang seperti aroma kopi, menyebar ke seluruh ruangan, menghangatkan jiwa, dan tidak pernah benar-benar hilang meski cangkirnya sudah kosong.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI