Mohon tunggu...
Riska Y. Imilda
Riska Y. Imilda Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

IG: riskayi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Teka-teki

13 Juli 2018   23:03 Diperbarui: 13 Juli 2018   23:07 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..."-- Kahlil Gibran.

Cinta itu tabu teruntuk mereka yang pura-pura tidak tahu, padahal palungnya berkata 'aku butuh'. Kata cinta begitu menjijikan bagi mereka yang penglihatannya jeli menatap tipu daya didalamnya. Semua tentang cinta diabaikan dan segaja disingkirkan, sebagai alih 'aku kuat dan mandiri, tak perlu cinta'.

Hal yang sederhana namun kompleks untuk diungkapkan,  terkadang aku menyerah didalamnya. Bahkan, ketika jari-jariku hadir mendentangkan setiap kata ini. Aku tidak bisa menyimpulkan cinta yang sebenarnya. Bahkan, sekalipun lewat sajak dan puisi mu. Aku tak bisa.

Tak peduli, berulang kali aku belalakkan mata menyaksikan ribuan skenario sutradara tentang liak-liuknya, yang mereka sebut 'cinta'. Ratusan lembar sastra yang aku pahami, tak lantas membuatku paham. Bodoh sekali. Benar, begitu adanya.

Kebodohanku semakin jelas, saat aku mulai memutar otakku untuk merasa dekat dengan kata 'rahasia' itu. Berulang aku amati, mereka yang lebih dulu mengatakan sesuatu yang katanya membuat 'seseorang luluh bahkan dia datang dan memeluknya'.

Suatu hari, Mamaku berkata 'Jika sudah saatnya, kamu mengerti.' Tapi, Bapakku berbeda. Seketika, Bapak meninggikan intonasinya dan mengatakan 'Kamu terlalu cepat untuk paham, nanti saja'. Akhirnya, aku memutuskan untuk hidup tanpa harus bergelambir dengan kata itu. Lupakan, mengalir saja.

Usai hari itu, aku pikir mengabaikannga akan baik-baik sajaa. Ternyata tidak. Tak terduga, seakan-akan terdapat aliran deras dalam benakku, dentuman kalbu yang tidak terbayang, bahkan aku berseri saat mencoba melelapkan mata. Indah.

Begitulah ceritanya, secercah tatap yang penuh harap. Tapi, apakah ada jawab tentang indah itu? Tidak tahu, bukankah itu rahasia? Kali ini, aku berakhir dalam tatap harap dan tenang tapi sedikit menghujamku dengan pertanyaan. Tetapi, yang ku tahu Sang Maha memiliki buku tebal bermuatan 'Kisahku'.

Bukankah, misteri 'cinta' Fatimah dan Ali bersua dalam ucap suci berupa doa. Merambat dengan kisah keterpautan hati, Ainun-Habibie yang tak habisnya dipuji bangsa. Manisnya, pertemuan para Pujangga dengan kekasihnya lewat puisi. Bahkan, aku percaya kata 'suci' itu hadir indah dalam kisah kedua orangtuaku. Aku percaya. Tak terduga, maka dari itu Chrisye dan musisi lainnya mengungkapkan kata 'itu' lewat alunan nada.

Teka-teki ini, aku serahkan saja. Semoga sesuai harap.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun