Mohon tunggu...
risa dela
risa dela Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi saya ada bersosialisasi di media sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tragedi al-khoziny niat mulia yang runtuh bersama kelalaian struktur

6 Oktober 2025   13:46 Diperbarui: 6 Oktober 2025   13:46 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangunan pondok pesantren Al khoziny di buduran sidoarjo, runtuh. Dalam beberapa jam, berita itu 

menjadi semakin memilukan korban meninggal dunia melonjak hingga 37 jiwa. Detik per detik, 

petugas evakuasi mengangkat jenazah dan potongan tubuh yang dari tumpukan puing. BNPB 

mencatat bahwa sejak pukul 06.30 hingga 12.00 WIB, ditemukan 12 jenazah lebih berserta dua 

potongan tubuh yang terjepit reruntuhan lantai empat musala. Banyak yang masih tertimbun. kata 

pejabat BNPB, diduga sekitar 26 orang dalam reruntuhan yang belum berhasil diidentifikasi atau 

dikeluarkan, namun data itu belum bisa dipastikan sampai proses pemulihan selesai. Evakuasi penuh 

baru bisa dianggap tuntas kalau puing-puing hingga lantai dasar telah diangkat dan seluruh titik 

pencarian telah diperiksa, ujar tim BNPB. 

Suasana di lokasi menjadi saksi penderitaan kolektif. Lokasi runtuhan berada di gedung bertingkat 

empat musala, dengan bagian atas yang belum selesai konstruksinya. Puing-puing membentuk labirin 

mematikan seperti beton menempel erat, sambungan ke bangunan lain membingungkan, dan tim 

gabungan dari berbagai lembaga dipanggil untuk menelusuri setiap sudut reruntuhan. ITS (Institut 

Teknologi Surabaya) diminta turun tangan melakukan investigasi forensik struktur, agar proses 

evakuasi lebih aman dan tidak merusak struktur bangunan di sekitar yang masih berdiri.

Para petugas, dalam kondisi fisik tertekan dan mental yang terus diuji, mulai mengalami gejala 

kesehatan seperti gatal hingga kelelahan ekstrim. BNPB menyiapkan perlengkapan tambahan alat 

pelindung diri (APD), masker, kacamata google, sarung tangan, sepatu boot dan perlengkapan lain 

demi menjaga keselamatan tim di tengah ancaman puing tajam dan kondisi tembok yang rapuh.

tragedi ini bukan sekadar statistik menakutkan, ia adalah panggilan kepada semua pihak pengurus 

pondok, pemerintah daerah, ahli bangunan, dan masyarakat untuk tidak menutup mata terhadap risiko 

konstruksi. Bahwa niat membangun tempat ibadah atau pendidikan yang mulia tidak boleh 

mengabaikan prinsip keselamatan teknis.

Kita tak boleh hanya meratapi korban, tapi juga harus menelaah akar masalah bagaimana sebuah 

bangunan setinggi empat lantai bisa runtuh secara dramatis? Bagaimana izin, perencanaan, pengawasan teknis, dan audit struktural bisa terlewatkan dalam proyek pendidikan keagamaan? 

Bangunan pesantren, meski bersifat keagamaan, adalah fasilitas publik yang menanggung amanah 

besar terhadap manusia. Pemerintah daerah perlu mengevaluasi sistem perizinan bangunan pesantren 

agar tidak sekadar formalitas. Setiap pondok pesantren baru harus melewati penilaian teknis oleh 

insinyur sipil. Audit berkala dan inspeksi struktur wajib diterapkan, terutama di daerah rawan gempa 

atau cuaca ekstrem. Tanpa pengawasan, potensi malapraktik konstruksi selalu mengintai.

Di sisi lain, pengasuh dan pengurus pondok pesantren mesti meresapi bahwa membangun bukan 

hanya soal mengumpulkan dana dan tenaga kerja. Mereka perlu dibekali pemahaman dasar soal 

kualitas bahan, beban struktur, dan risiko teknis. Bekerja sama dengan akademisi, organisasi profesi 

teknik, atau lembaga bantuan konstruksi bisa menjadi jalan keluar agar pesantren dapat berdiri kokoh 

dalam koridor aman. Sebagai masyarakat luas, kita juga punya tanggung jawab moral jangan hanya 

menyumbang berdasar simpati, tetapi pastikan bahwa pembangunan yang kita dukung dibangun 

dengan standar minimal keselamatan. Donasi yang disalurkan tanpa pengawasan bisa memperparah 

risiko, sama seperti memberi modal pembangunan tanpa pertimbangan teknis.

Tragedi Al Khoziny harus menjadi momentum kebangkitan kesadaran kolektif di seluruh Indonesia. 

Tidak boleh lagi ada korban jiwa karena kelalaian struktur. Kecuali jika setiap pondok pesantren, 

sekolah keagamaan, dan fasilitas sosial dibangun dengan pertimbangan mutu dan keselamatan, kita 

terus berada dalam potensi bencana yang menunggu waktu. Mengakhiri opini ini, kita harus melihat 

bahwa setiap nyawa yang hilang adalah kegagalan bersama. Kegagalan dalam regulasi, pengawasan, 

kepedulian teknis, dan kolaborasi antar elemen bangsa. Ke depan, membangun ilmu, iman dan 

fasilitas keagamaan harus berjalan beriringan agar tidak ada lagi tragedi yang menoreh luka 

mendalam dalam sejarah pendidikan Islam kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun