Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Raya, Tragedi Gagalnya Kebijakan

19 September 2025   06:51 Diperbarui: 19 September 2025   06:51 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilu! Balita itu bernama Raya, ia meninggal dengan kondisi dipenuhi cacing parasit, menyebar dari paru hingga ke otak, lantas cacing itu keluar dari hidung. Kisah Raya yang meregang nyawa menjadi ilustrasi dari kegagalan deteksi dini sistem kesehatan. Hal ini baru permulaan.

Lebih menyedihkan, keluarga Raya hidup dalam kemiskinan, dengan kedua orang tua yang tidak berdaya. Sang ayah menderita TBC, sementara si ibu mengalami gangguan jiwa.

Rumah mereka teramat sederhana, dekat dengan kandang hewan peliharaan, beralas tanah, berdinding triplek kayu rapuh, tanpa kamar mandi. Lokasinya di Sukabumi yang jaraknya tak jauh dari Jakarta.

Kasus Raya bisa jadi merupakan fenomena gunung es -iceberg phenomenon, yang terlihat hanya sebagian kecil di puncak, sementara itu masalah besar tersembunyi di bawahnya. Kompleksitas dari peristiwa itu bertumpuk.

Problem kemiskinan disebut sebagai penyebab, tapi keliru bila menyatakannya sebagai faktor tunggal tanpa melihat kondisi riil.

Kemiskinan seharusnya dapat dilihat secara utuh dalam kerangka struktural, ketimpangan peluang yang adil untuk mengakses sumber perekonomian. Di titik tersebut kehadiran serta peran negara menjadi penting.

Kekuasaan luput melindungi mereka yang tercecer, dalam perspektif Giorgio Agamben sebagai Homo Sacer. Kelompok pencilan -outlier ini berada dalam kehidupan yang telanjang, diperkecualikan dari hukum, bahkan dapat dikorbankan, jelas sebuah tragedi.

Bayangkan konstruksi kejadian dalam kehidupan balita Raka, nestapa kental terasa. Tangan kebijakan tak sampai menjangkau pintu rumah Raya, bahkan skema BPJS Kesehatan pun terkendala proses administrasi, terkapar dan terlantar, lalu saling lempar tangan.

Bukan tidak mungkin banyak Raya lainnya, kita jelas tidak berharap begitu, toh uang negara ini banyak dan bisa ditarik dari bank sentral ke sistem ekonomi senilai 200 triliun. Tidak perlu menunggu kasus kembali terjadi, atau bahkan jatuh pada satire: "satu kematian adalah tragedi, sejuta kematian adalah statistik".

Koreksi kebijakan perlu segera dilakukan secara sistematik. Integrasi data kependudukan nasional wajib terjadi secara menyeluruh, dengan pemetaan keluarga marjinal. Intervensi kebijakan dalam skema bantuan dan jaminan adalah bentuk perlindungan secara langsung.

Kerangka kebijakan seringkali gagal mencapai tujuannya, tersebab cara pandang top down yang mengabaikan konteks lokalitas, padahal disitulah letak fungsi tugas kekuasaan mempergunakan empati, dengan kepekaan melihat dan mendengar apa yang dirasakan publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun