mengabaikan prinsip keselamatan teknis.
Kita tak boleh hanya meratapi korban, tapi juga harus menelaah akar masalah bagaimana sebuahÂ
bangunan setinggi empat lantai bisa runtuh secara dramatis? Bagaimana izin, perencanaan, pengawasan teknis, dan audit struktural bisa terlewatkan dalam proyek pendidikan keagamaan?Â
Bangunan pesantren, meski bersifat keagamaan, adalah fasilitas publik yang menanggung amanahÂ
besar terhadap manusia. Pemerintah daerah perlu mengevaluasi sistem perizinan bangunan pesantrenÂ
agar tidak sekadar formalitas. Setiap pondok pesantren baru harus melewati penilaian teknis olehÂ
insinyur sipil. Audit berkala dan inspeksi struktur wajib diterapkan, terutama di daerah rawan gempaÂ
atau cuaca ekstrem. Tanpa pengawasan, potensi malapraktik konstruksi selalu mengintai.
Di sisi lain, pengasuh dan pengurus pondok pesantren mesti meresapi bahwa membangun bukanÂ
hanya soal mengumpulkan dana dan tenaga kerja. Mereka perlu dibekali pemahaman dasar soalÂ
kualitas bahan, beban struktur, dan risiko teknis. Bekerja sama dengan akademisi, organisasi profesiÂ