gerombol langit kelabu, mengawasi melatanya gugusan bukit biru. wajah dan mata, serupa pertapa tua dengan jenggot putihnya nan bijaksana.
dan hamparan hijau berseri, seolah permadani yang riang menari, diiringi siulan angin sayup-sayup bernyanyi.
ini pemandangan sederhana, tetap saja tak sanggup kuterjemah. bentangan tak sangat istimewa, tapi di mataku teramat indah, begitu sempurna.
karena sedang gembira? atau karena tingginya syukur atas segala karunia? jika demikian, bila rasa gundah tiba, bila tak mampu membaca tanda, apakah hamparan ini tak lagi indah, tiada lagi bermakna?
Makassar, 19 Februari 2019
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!