Mohon tunggu...
Rio Wibi Sumiyarno
Rio Wibi Sumiyarno Mohon Tunggu... Saya berprofesi sebagai guru

saya memiliki hobi menulis dengan konten bertemakan pendidikan, sejarah, wisata, atau tentang pengalaman pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sejarah Kue Nastar

2 April 2025   23:00 Diperbarui: 2 April 2025   22:54 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : Google.com

Beberapa hari yang lalu pemerintah Indonesia menetapkan bahwa Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 Hijriyah jatuh pada hari Senin 31 Maret 2025. Maka dari itu Bulan Ramadhan tahun ini hanya berlangsung selama 30 hari saja. Maka dari itu, takbir telah berkumandang. Dengan berkumandangnya takbir maka rangkaian ibadah di bulan suci telah usai.

Di hari lebaran tiba, biasanya masyarakat beramai-ramai membeli baju baru sebagian lagi sibuk membuat kue yang akan dihidangkan saat hari raya tiba. Kue yang dihidangkan saat lebaran biasanya adalah kue-kue kering seperti kue banjar, kembang goyang, dan nastar. Dalam tulisan saya kali ini, saya akan sedikit membahas sejarah kue nastar yang menjadi salah satu kue favorit masyarakat yang selalu ada di meja saat lebaran tiba.

Kehadiran kue nastar dalam budaya Indonesia sebetulnya tidak dapat dipisahkan dari pengaruh penjajahan Belanda. Ketika Indonesia masih dijajah oleh Belanda, terutama pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 interaksi antara masyarakat pribumi dengan Belanda telah melahirkan penyerapan budaya kuliner Eropa ke dalam tradisi masyarakat lokal.

Sebelum pengaruh budaya kolonial datang, masyarakat Indonesia lebih akrab dengan kudapan makanan teradisional contohnya seperti rengginang, opak, atau apem. Akan tetapi dengan seiring berjalanya waktu keberadaan kue kering telah menggeser makanan kudapan tradisional tersebut terutama melalui kaum priyayi.

Kata nastar sendiri diambil dari bahasa Belanda yakni "ananas" yang artinya adalah buah nanas dan "taart" yang artinya adalah kue. Berarti secara harfiah kata nastar bisa diartikan tart nanas. Kata "ananas tart" dikalangan masyarakat lokal kemudian diucapkan menjadi "nastar"

Adapun di negeri Belanda sendiri kue ini lebih dikenal dengan nama "ananas kokejes" yang artinya adalah kue nanas. Sedangkan dalam bahasa Inggris kue ini dikenal dengan nama "pinneaple tarts" atau "pinneaple nastar roll".

Pada mulanya, kue tart di Belanda menggunakan isian buah seperti isian buah apel atau buah bluebery. Karena di Indonesia sangat sulit untuk mencari buah-buahan tersebut, maka buah nanas dijadikan sebagai alternatif isian kue nastar.

Baca juga: Islam dan Pancasila

Kue tart di Belanda biasanya berukuran besar dan disajikan dalam bentuk potongan. Tetapi di Indonesia, kue ini telah mengalami modifikasi menjadi kue kering yang berukuran kecil dan disesuaikan dengan selera penduduk lokal dan kondisi alam Indonesia yang beriklim tropis.

Proses akulturasi budaya tidak hanya mempengaruhi bahan dan dan bentuk kue nastar saja, akan tetapi juga momen dalam penyajian kuenya. Kalau di Belanda kue nastar disajikan ketika perayaan Natal tiba, sedangkan di Indonesia kue nastar disajikan ketika Hari Raya Idul Fitri tiba.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun