Mohon tunggu...
Rio Alif Ramzy
Rio Alif Ramzy Mohon Tunggu... Lainnya - A cinephile as picky as coffee connoisseur.

A head full of imagination.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Annihilation", Siklus Penciptaan dan Penghancuran dalam Perspektif Manusia

23 Maret 2018   13:38 Diperbarui: 25 Maret 2018   19:37 2200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Internet Movie Database (IMDb)

Eksistensi jagad raya diawali dengan penciptaan dan diakhiri dengan penghancuran. Penciptaan dan penghancuran pada mulanya memang sudah berkelindan erat, dan pada hakikatnya keduanya seperti sebuah siklus. Penciptaan berujung kehancuran. Penghancuran berujung penciptaan. Sama seperti sel kanker membunuh manusia dengan prokreasi, sama seperti kematian bintang yang melahirkan planet. 

Penghancuran tidak melulu berarti ujung segala sesuatu. Terkadang kita menyatakan akhir pada sesuatu yang ujungnya tidak bisa dipastikan. Semua bergantung pada pemahaman. Ambiguitas penghancuran inilah yang menjadi titik tolak dimulainya "Annihilation", film sains fiksi teranyar Alex Garland.

Lena, seorang ahli biologi berlatar belakang militer, masih berduka atas hilangnya sang suami, seorang militer, dalam misi terakhirnya. Setahun kemudian, sang suami muncul kembali di rumah secara tiba-tiba, dan ia sakit parah. Dengan segala keanehan yang terjadi, Lena berusaha mendapatkan jawaban. Ia akhirnya mengetahui bahwa misi terakhir sang suami adalah ekspedisi ke dalam The Shimmer, sebuah area dipenuhi keganjilan fisik dan biologis. Memanfaatkan kesempatan untuk menjelajah The Shimmer bersama tim ekspedisi selanjutnya, Lena berusaha untuk memberi tanda titik dari semua tanda tanya yang ia hadapi.

The Shimmer memiliki karakteristik yang mirip dengan The Zone, sebuah area yang menjadi latar utama film sains fiksi karya Andrei Tarkovsky, "Stalker". Area itu terisolir, melawan segala hukum ilmu pengetahuan, dan semakin aneh ketika semakin didalami. Keberadaan The Shimmer mengacaukan komposisi biologis semua makhluk hidup di dalamnya, serta mengacaukan sinyal-sinyal elektromagnetik apapun di dalamnya. Salah satu karakter menggambarkannya sebagai sebuah prisma yang membiaskan cahaya.

Apapun data yang diambil di sana untuk dipelajari, itu kemungkinan besar hanya akan menimbulkan lebih banyak pertanyaan baru daripada menjawab pertanyaan yang sudah ada. Tidak dapat dipungkiri ada sesuatu yang bersifat Lovecraftian dalam The Shimmer, seperti sebuah pernyataan mengenai kemustahilan manusia untuk dapat sepenuhnya menjadi alam semesta. Di tengah kondisi tersebut, karakter-karakter yang masuk ke dalam The Shimmer mencoba melakukan rasionalisasi atas semua keganjilan yang ada, baik sebagai ilmuwan maupun manusia berakal budi. Pada akhirnya hal itu malah mendatangkan keputusasaan dan malapetaka.

Apakah maksud dari pihak apapun yang menciptakan The Shimmer? Tidak ada yang mengetahuinya. Apakah The Shimmer menghancurkan? Relatif. Seperti yang diutarakan Lena di saat-saat akhir film, "Ia tidak menghancurkan. Ia menciptakan sesuatu yang baru." 

Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat melihat aksi-aksi terakhir Lena di The Lighthouse, ada sesuatu yang berbahaya dan puitis di sana. Ketika Lena berhadapan dengan duplikatnya yang diciptakan The Shimmer, makhluk duplikat itu tidak menyerang Lena. Ia menirukan gerakan Lena yang menyerang. Makhluk itu tergerak oleh rasa penasaran, keinginan untuk mempelajari manusia dan alam yang ada di Bumi.

Di sini referensi pada karya Stanislaw Lem yang juga diadaptasi menjadi film oleh Andrei Tarkovsky, "Solaris", menjadi jelas. Tidak hanya sekedar mereferensikan konsep duplikasi manusia yang diciptakan oleh makhluk lain, namun juga dinamika antara yang dipelajari dan yang mempelajari: bahwa ternyata obyek mempelajari subyek lebih daripada subyek mempelajari obyek.

Saya teringat perkataan Ted Chiang, seorang penulis sains fiksi (salah satu ceritanya diadaptasi menjadi film " Arrival"). Ia pernah menyatakan bahwa sains fiksi seharusnya menggunakan unsur spekulatif untuk membedah kondisi manusia. Film-film sains fiksi seperti yang digambarkan Ted Chiang tergolong langka sekarang ini. "Annihilation" termasuk salah satu kelangkaan tersebut, dan film ambisius ini patut mendapatkan apresiasi yang ia layak dapatkan.

ANNIHILATION | 2018 |  Genre: Sains fiksi | Diadaptasi dari novel berjudul sama karya Jeff VanderMeer | Sutradara: Alex Garland | Pemain: Natalie Portman,Jennifer Jason Leigh, Gina Rodriguez, Tessa Thompson, Tuva Novotny, Oscar Isaac, Benedict Wong, David Gyasi, Sonoya Mizuno | Penulis skenario: Alex Garland (adaptasi) | Sinematografi: Rob Hardy | Penyunting: Barney Piling | Penata suara: Ben Salisbury & Geoff Barrow

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun