Mohon tunggu...
Mujab Mujab
Mujab Mujab Mohon Tunggu... Buruh - Wahana menuangkan karya dan gagasan

Saya aktif di Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah. Selain itu aktif di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah sejak tahun 2003 hingga sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Pendidikan: Memperbarui dan Memperpendek Siklus

10 Maret 2024   11:49 Diperbarui: 10 Maret 2024   12:00 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Curriculum; Gemini Generated

Setiap negara memiliki kurikulum pendidikan dengan siklus pergantian yang berbeda-beda. Indonesia pun tidak terkecuali. Saat ini, Indonesia telah beralih ke Kurikulum Merdeka Belajar setelah sebelumnya mengadopsi Kurikulum 13. Negara lain juga melakukan hal serupa, mengganti kurikulum mereka untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.

Namun, pertanyaan muncul: apakah siklus pergantian kurikulum yang umumnya 10 hingga 15 tahun dapat menimbulkan kekhawatiran akan ketertinggalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi? Setiap warga negara berhak mendapatkan layanan pendidikan yang memadai untuk mempersiapkan masa depan mereka.

Beberapa kekhawatiran muncul terkait kurikulum yang jarang diubah. Pertama, keusangan kurikulum. Dalam rentang waktu 10-15 tahun, banyak kemajuan pesat terjadi dalam teknologi, sains, dan ilmu sosial. Kurikulum yang sudah lama mungkin tidak lagi relevan dengan tuntutan zaman.

Kemudian, keterhambatan pembelajaran. Siswa mungkin kehilangan kesempatan untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan terbaru yang dibutuhkan untuk masa depan. Kurikulum yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman dapat menyulitkan siswa dan warga belajar, walaupun terkadang mereka harus mematuhi kurikulum yang sudah ada.

Selain itu, ada masalah ketidakcocokan dengan dunia kerja. Lulusan dengan kurikulum lama mungkin tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang. Hal ini membuat mereka harus menghabiskan waktu, biaya, dan tenaga untuk mengikuti kursus, sertifikasi, dan kegiatan lainnya agar bisa mendapatkan pekerjaan.

Pendidikan bukan hanya tentang mempelajari masa lalu, tetapi juga tentang mempersiapkan masa depan. Siswa perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang relevan agar berhasil di masa depan. Kurikulum yang usang dapat berdampak negatif pada persiapan guru dan sekolah dalam memberikan pembelajaran yang efektif kepada murid-muridnya.

Beberapa dampak negatifnya termasuk pembelajaran yang tidak relevan, keterbatasan dalam menggunakan teknologi, dan kesulitan mengembangkan keterampilan abad ke-21. Guru mungkin terhambat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan zaman karena kurikulum yang sudah usang. Selain itu, kurikulum lama mungkin tidak mengintegrasikan teknologi terbaru dalam pembelajaran, membuat siswa kurang terampil dalam menggunakannya.

Dalam situasi di mana kurikulum sudah usang, terkadang alokasi anggaran yang tidak memadai untuk teknologi dan pelatihan guru juga menjadi masalah. Guru mungkin kesulitan membantu siswa mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan di abad ke-21.

Maka dari itu, penting untuk memperbarui kurikulum secara lebih cepat, memberikan otonomi kepada guru dalam mengajar, dan mendorong penggunaan teknologi. Kurikulum yang terus-menerus diperbaharui dan disesuaikan dengan perkembangan zaman akan memastikan bahwa anak-anak mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan masa depan mereka.

Dunia terus berubah, dan kurikulum harus mengikuti perubahan tersebut. Kurikulum yang tidak sesuai dengan zaman dapat menghambat siswa dalam mencapai potensi penuh mereka. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan untuk memperpendek siklus pergantian kurikulum, meningkatkan fleksibilitas, dan lebih memanfaatkan teknologi dalam pengembangan kurikulum agar siswa-siswa dapat lebih siap menghadapi masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun