Mohon tunggu...
Rinto F. Simorangkir
Rinto F. Simorangkir Mohon Tunggu... Guru - Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar lewat menulis dan berbagi lewat tulisan..Berharao bisa menginspirasi dan memberikan dampak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tantangan Media Sosial dan Pembentukan Karakter Generasi Alpha

13 Agustus 2017   02:17 Diperbarui: 13 Agustus 2017   02:56 2741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : yogyakarta.tarakanita.or.id

Anakku akan menjadi generasi Alpha, sebab dia lahir di tahun 2015 yang lalu. Setelah masaku yang disebut generasi Milenial atau generasi X, dan adekku yang lahir di tahun 1998 lalu adalah generasi Z, ternyata anakku akan masuk di generasi Alpha.

Menurut Analisis sosial --cumdemograf Mark McCrindle adalah orang pertama yang menyatakan nama generasi yang lahir di Abad 21 ini. Dengan menyebut mereka sebagai generasi Alpha. Dimana Generasi Alpha merupakan anak-anak dari Generasi Millenial, yang lahir dari tahun 2010. Menurut survei, bahwa sekitar 2,5 juta generasi Alpha lahir setiap minggunya. Dan diperkirakan pada tahun 2025 akan bengkak menjadi sekitar 2 milliar orang. Di tahun itu berarti mereka sudah menjadi remaja. Kalau anakku di tahun 2025 dipastikan sudah berumur sepuluh tahun, berada di kelas 4 SD tentunya.

 Generasi Alpha dinyatakan akan menjadi generasi yang paling terdidik karena kesempatan sekolah yang lebih banyak, akrab dengan teknologi, paling sejahtera. Alpha akan jadi generasi yang akan sangat bergantung pada teknologi, melebihi milinial dan Gen Z.

Media sosial tentunya juga akan semakin berkembang lagi. Bukan hanya tertinggalnya Friendster menjadi Facebook, media sosial seperti Instagram, Twitter, bahkan komunitas pesan dalam bentuk grup seperti Whatsaap,Line dan Telegram, juga semakin bervariasi. Kita (Generasi Baby Boomer, Gen X,Gen Z) semakin dimanjakan dengan penggunaan beberapa aplikasi tersebut. Dan pada saat ini, memang generasi Alpha belum bisa merasakan manfaat atau kegunaan dari teknologi media sosial tersebut.

Apa yang Harus Kita Lakukan Sebagai Orangtua

Pola pendidikan dengan bermain bersama-sama dengan anakku, sudah sejak dini kulakukan kepada kedua anakku. Mengajarkannya berulang-ulang dengan mengenalkannya kepada Tuhan penciptanya, melalui nyanyian syukur setiap pagi dan doa selalu senantiasa kulakukan. Aku tidak mau hal-hal lain diluar pengenalannya akan Tuhan yang benar, yang masuk duluan ke alam bawah sadarnya. Biarlah melalui keceriaan setiap pagi, dan senang senantiasa, itu yang seharusnya bisa  mereka dapatkan selalu.

Meskipun hal tersebut, mendapatkan tantangan, karena beberapa permasalahan dalam berumahtangga juga tidak mungkin dielakkan. Dalam kehidupan berumahtangga tidak mungkin selalu berjalan mulus tanpa ada persoalan. Tapi kami sepakat, aku dan istri,  meskipun kami sedang konflik, berusaha untuk tidak menampilkannya dihadapan kedua anak kami.

Pengenalannya akan Gadget dan Media Sosial

Diriku, masih sangat menjaga yang namanya penggunaan Gadget untuk dimainkan oleh anakku. Tapi istriku, seakan-akan membolehkannya untuk memegang dan bahkan memainkan beberapa permainan didalam Gadget tersebut. Tapi akhirnya istriku lebih banyak mengalah kepadaku, untuk tidak segera memberikan alat tersebut.

Ada perbedaan antara aku dan istriku ketika memegang gadget. Jika istriku yang memegang, pastinya anakku yang perempuan, akan berusaha untuk memohon dan mengambil gadget tersebut darinya.Tapi jikalau aku yang memegang, dia jarang bahkan tidak pernah untuk berusaha mengambilnya dari ku. Sebab istriku lebih longgar akan penggunaan Gadget kepada anak yang masih balita.

Aku harus menjaga betul, supaya seminimal mungkin gadget tersebut tidak disentuh apalagi dimainkannya. Pas ketika aku melihat dia memegang, berusaha untuk mengambilnya tidak dengan kekerasan apalagi suara keras, melainkan dengan nada seperti mau memelas dan sekaligus memberikan pengertian kepadanya bahwa anak-anak belum boleh memegang HP atau gadget. Dia cepat mengerti dan memang selalu diberikannya kepadaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun