Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Dua Dinasti, Beda Cara dan Rasa

19 Juli 2020   13:51 Diperbarui: 21 Juli 2020   14:40 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran dan Agus Harimurti disiapkan menjadi calon penerus orang tua mereka. Foto: liputan6.com

Di tahap ini, tidak lagi berbicara soal apakah itu baik atau tidak. Tetapi lebih pada bagaimana dua kontras muncul dalam proses membangun dinasti politik dan kekuasaan di negeri ini. Dua kontras pengembangan dinasti cara Cikeas dan Surakarta. Dua cara yang berbeda sama sekali.

Dalam tahapan pembangunan dasar dinasti ini, cara Cikeas cenderung melupakan proses-proses yang dijalani Gatot Kaca di Kawah Candradimuka. 

Cara Cikeas cenderung mendorong calon untuk memasuki jalur hypeloop. Ruang sempit dan kecepatan super tinggi. Cara ini memerlukan sumber daya yang sangat besar untuk menopang sang calon pangeran untuk mendapatkan posisi di rancangan dinasti yang sedang disiapkan. Upaya ini tidak berhasil dalam periode pemerintahan Jokowi ini.

Akan tetapi, dinasti internal pun dibangun. Puncak tertinggi di Partai Demokrat diserahkan ke Agus Harimurti, sang pangeran, dan anak kedua dijadikan pengawal. Jabatan Sekretaris Jenderal disematkan.  

Mungkin karena partai ini dilahirkan sendiri oleh Sang Raja, maka beliau punya hak untuk menyerahkannya kepada siapa pun. Tidak ada proses yang harus dilewati. Karena itu, tidak perlu dalam pandangan Sang Raja. Pragmatis saja, jadinya.

Sementara itu di kontras lain, Jokowi menerapkan cara berbeda. Bahwa menjadi panglima tertinggi itu perlu proses puluhan tahun. Tidak bisa serta merta menjadikan sang pangeran untuk duduk di singgasana. Ada kawah Candradimuka yang disiapkan untuk Gibran Rakabuming.

Jejak yang akan dilewati Gibran persis seperti tapak yang pernah dilewati sang Raja, Joko Widodo. Memulai kehidupan menjadi pengusaha, mengumpulkan modalitas. 

Setidaknya, ketenaran Sang Raja membantu membentuk jaringan. Sumber daya dibangun perlahan dan membuktikan dulu di jalur awal. Jalur bisnis dan menjadi pengusaha. Perkuatan ini mengalami kesuksesan dengan berkembangnya usahanya.

Langkah selanjutnya pun dilakukan. Menjadikan Gibran sebagai walikota Solo. Tidak muluk-muluk dulu. Tidak langsung menembak posisi menteri, meskipun Sang Raja mampu. 

Tidak memposisikan sebagai konglomerat, meskipun sangat memungkinkan. Gibran tidak diberikan keistimewaan seperti pangeran yang lain. Dia harus memulainya dari bawah dan proses yang dijalani itu menjadi penting dalam langkah-langkah selanjutnya.

Kail dan Ikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun