Mohon tunggu...
Rinsan Tobing
Rinsan Tobing Mohon Tunggu... Konsultan - Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Dua Dinasti, Beda Cara dan Rasa

19 Juli 2020   13:51 Diperbarui: 21 Juli 2020   14:40 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gibran dan Agus Harimurti disiapkan menjadi calon penerus orang tua mereka. Foto: liputan6.com

Dalam konteks di atas, kita dapat melihat bahwa Jokowi cenderung memberikan kail kepada Gibran. Kail menjadi modal kerja yang dapat dikembangkan untuk mendapatkan banyak ikan. 

Dengan ikan yang lebih banyak, modal dan kerajaan bisa dikembangkan lebih luas. Kail ini bagian mendorong kreativitas untuk menggunakannya. 

Kali mungkin akan diberikan tali yang lebih panjang. Tangkai yang lebih kuat dapat dipasang. Masa guna dapat lebih lama jika dipakai dengan baik dan benar.

Berbeda dengan klan Cikeas, sang pangeran diberikan ikan. Ikan memang dapat diolah. Tetapi ikan tidak dapat dikembangkan lebih jauh. Sumber daya yang diberikan tidak cukup kuat untuk dapat bertahan dan dikembangkan. 

Agus tidak merasakan proses-proses mendapatkan ikan itu. Ada keringat disana. Ada rasa air tawar atau air laut yang tercicipi. Ada jaringan yang bisa dilihat sendiri. Terdapat banyak langkah-langkah yang harus dilewati.

Agus tidak akan berkeringat. Sementara peluh membasahi kening Gibran menghela tarikan ikan yang memakan umpannya. Agus merasa nyaman dan sepertinya juga semua disiapkan termasuk pidatonya. 


Dia hanya membacakan dan menyampaikan tanpa bermakna. Gibran tidak akan muncul dengan kata-kata dan orasi yang hebat. Dia sama seperti sang Raja dinasti Solo. Raja yang tidak banyak bicara. Raja yang akan bekerja saja.

Melihat pada dua kontras itu, dua-duanya punya kemungkinan yang sama. Dua-duanya akan bisa berhasil menapaki puncak istana. Tetapi, jika kail yang diberikan, ketika menapaki puncak istana, maka sumber daya yang dikerahkan tidak akan banyak. 

Semua sadar, bahwa Gibran mendapatkannya dengan proses yang tidak mudah. Sementara, jika ikan yang diberikan, perlu sumber daya yang besar agar ikan itu tidak segera busuk dan habis dimakan bakteri.

Dinasti-dinasti mungkin akan muncul lagi. Sistem demokrasi memungkinnya. Hanya, ketika menciptakan dinasti, sang pangeran seharusnya diberikan kail, bukan ikan yang cepat busuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun