Mohon tunggu...
Rini Wulandari
Rini Wulandari Mohon Tunggu... Guru - belajar, mengajar, menulis

Guru SMAN 5 Banda Aceh http://gurusiswadankita.blogspot.com/ penulis buku kolaborasi 100 tahun Cut Nyak Dhien, Bunga Rampai Bencana Tsunami, Dari Serambi Mekkah Ke Serambi Kopi (3), Guru Hebat Prestasi Siswa Meningkat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sang Guru Cilik, Tak Ada Rapai, Plok pun Jadi!

16 Juli 2023   21:28 Diperbarui: 26 Juli 2023   02:26 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 guru munir bermain rapai dan debus dengan kaleng cat plastik sumber gambar festival film dokumenter

Saya menyukai setting di perkampungan pesisir pantai yang sederhana, karena  menguatkan perjuangan anak-anak pesisir para pecinta rapai itu. Dan uniknya para tokoh anak dan figuran pendukungnya, termasuk para orang tua yang ada disekeliling mereka juga piawai bermain peran dengan luwes dan apa adanya. 

Menjadikan film ini seperti rekaman dokumenter yang wajar tanpa setingan. Adegannya sangat orisinal, padahal karya ini adalah sebuah film dokumenter yang disiapkan untuk sebuah kompetisi.

Muatan nilai-nilai pembelajarannya mengingatkan saya dengan anak didik di sekolah, dan mata saya berkaca-kaca menahan keharuan ketika anak-anak berjuang mencari 'pengganti rapai', karena mereka tidak diperbolehkan memakai rapai asli orang dewasa karena alasan terlalu kecil dan akan merusak rapai. Kepolosan-kepolosan kanak-kanak bercampur aduk, mengaduk emosi penonton.

Film mengajarkan kepada kita bagaimana mengelola emosi, dan menjadikannya sebagai motivasi.

Saya hanyut ketika menontonnya, sampai tak sadar jika film ini ternyata film pendek, karena saya mengikuti setiap urutan setting yang berlangsung cepat namun terukur sehingga tak bertele-tele disajikan sang sutradara. 

Ini adalah sebuah film dokumenter yang menginspirasi, terutama saya sebagai guru untuk membangun kepedulian atas sebuah karya cipta sederhana dan juga menginspirasi untuk menciptakan karya memudahkan pembelajaran bagi anak-anak di sekolah melalui medium visual. 

Saya yakin film ini bisa digarap dalam format film lebih panjang dan lebih menyentuh dengan menyuguhkan sisi humanismenya yang lebih kental dan kuat.

Saya menangkap kesan mendalam pada Munir, tokoh utama dalam cerita ini yang sangat menggunggah. Sebagai bocah kecil dari kampong pesisir di pinggiran, ia punya talenta dan kepedulian yang patut diapresiasi  karena kesukaannya pada rapai'. Kecintaan yang ia tularkan kepada teman-temannya dengan cara yang unik yang menjadi salah satu kekuatan film ini. 

Ia menjadi guru otodidak bagi teman-temannya, "guru cilik" yang menggerakan atau lebih dari itu mewariskan semangat untuk menjaga tradisi bermain rapai kepada teman-teman dengan cara yang lucu dan bersahaja. 

Cara anak-anak yang selalu mengingatkan kita dengan pengalaman masa kecil kita. sayB baru menyadarinya kemudian, jika semasa kanak-kanak, begitulah cara-cara mereka "melawan" keterbatasan, bFraaptasi dengan lingkungan yang dipenuhi orang dewasa. Dan bagaimana mereka tetap bisa gembira dengan caranya sendiri.

Anak-anak adalah wakil kita dimasanya, karena kita pernah mengalaminya sehingga setiap kali menyuguhkan peran anak-anak dalam setting film, selalu memiliki daya tarik yang kuat.

Sisi Pembelajaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun