[Assalamualaikum, cantik]
[Walaikumsalam. Dah salat, Nay?]
Aku hanya memasang senyum, lalu menggeleng.
[Salat dulu, deh. Aku mau lanjut baca Al Kahfi. Nanti sambung lagi. Assalamualaikum]
Tut!
Sambungan telepon terputus sepihak. Sialan, gerutuku. Aku bangun dari duduk dan keluar kamar. Lampu di ruang tamu temaram. Bibi sudah menyalakan lampu teras dan lampu luar.
Sebelum ke dapur, langkahku berhenti di depan kamar belakang. Kamar yang biasa ditempati Mang Ding dan Bi Min. Samar-samar kudengar Bibi sedang mengaji. Aku mematung. Lama aku tegak di depan pintu. Aku melangkah pelan lebih dekat ke pintu. Saat tanganku terulur hendak menguak daun pintu, seseorang lebih dulu mengejutkanku.
"Non?"
Aku terperanjat. Tiba-tiba Mang Ding sudah berada di belakangku. Bukankah dia pamit pulang ke rumahnya menjemput ayam jago kesayangannya?
"Mang?! Ta-tapi---" Â Â Â Â Â
Seolah tahu kebingunganku, ia lalu berkata, "Mau ambil kunci, Non."