Seri 3 . Pendatang Baru yang Fitwalk
Hari itu suasana Kenmont Mews berubah. Pagi-pagi sekali, sebuah mobil berhenti di rumah nomor 18. Kotak carrier dikeluarkan, dan dari dalamnya muncul seekor kucing jantan muda jenis Abyssinian, dengan bulu cokelat keemasan berkilau. Ia melangkah keluar seperti bintang film baru turun dari mobil mewah.
Semua kucing langsung menoleh, Princess sampai berseru, “Astaga… lihat! Kucing baru!”
Aku yang sedang berbaring di bawah pohon sikat botol merah, terpaksa bangun. Mataku menyipit. Seekor pendatang baru datang dengan gaya selebritas? Hmm....menarik juga.
Namanya Milo. Begitu manusia memperkenalkannya dan semua orang terpesona. Ia tinggal di rumah paling rapi di Kenmont Mews, dengan halaman penuh tanaman hias mahal dan kursi rotan putih. Pemiliknya pasangan muda kaya yang gemar jogging pagi, dan Milo pun terbiasa ikut, berlari lincah di samping mereka.
Bulu cokelat keemasannya selalu berkilau. Setiap minggu dimandikan dengan sampo impor. Kalung kulit dengan lonceng emas mungil tergantung di lehernya, dan makanannya pun bukan kibble biasa, melainkan “premium healthy cat food".
Tak heran manusia sering menunjuknya sambil berkata, “Coba lihat Milo, atletis sekali. Jalannya tegap, seperti model iklan. Setiap kali mendengarnya, aku hanya bisa mendengus. Model? Huh...tak ada apa-apanya dibanding Ginger sang raja.
Kalau aku dikenal dengan “foodwalk,” maka Milo terkenal dengan “fitwalk” yang selalu melangkah penuh energi seperti sedang pemanasan sebelum olahraga. Ia sering jadi contoh kucing sehat, dan tak jarang manusia berkomentar, “Nah, kalau Ginger mau diet, contohlah Milo yang selalu bugar.” Aku malas sekali mendengar itu.
Yang paling menyebalkan, Milo punya hobi stretching. Pagi-pagi ia sudah berdiri di halaman, merentangkan tubuh, menggeliat, lalu menendang ke udara dengan gaya seperti master yoga. Semua kucing bersorak, “Lucu sekali!” Padahal menurutku ia hanya kucing yang kebanyakan gaya setelah Felix tentunya.
Belum cukup sampai situ, Milo juga suka lari-lari kecil mengelilingi komplek, seolah sedang mengikuti lomba maraton. Manusia tersenyum bangga melihatnya. Aku? Cukup duduk manis di teras, menikmati sisa ayam goreng, sambil berpikir: Kenapa harus capek-capek lari kalau ada makanan di depan mata?