Mohon tunggu...
Elga Cadistira
Elga Cadistira Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Novel Tamat: Thyria The Last Vampire. The Silver Queen. Beast and Lady Knight. Devil Blood. Find You After 1000 Years. Ghoul Hunter. Obsesi Jantan Sang Guru Tampan. Pembalasan Sang Istri. Novel Ongoing cek di wattpad @elgacadistira

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Vampire Terakhir Abad Pertengahan (Part 2)

24 September 2023   17:38 Diperbarui: 24 September 2023   17:48 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Berita pembunuhan di tengah kota London menggemparkan warga kota di pagi hari yang mendung. Garis polisi terpasang memblokir jalan masuk gang sebagai tempat kejadian perkara. Beberapa polisi juga nampak berjaga di lokasi agar tidak dimasuki sembarang orang dan merusak TKP, termasuk seorang pria bermantel hitam yang hendak menerobos masuk pun langsung dihalangi petugas.

Pria muda itu kemudian menunjukkan kartu identitas pada petugas, yang segera membuatnya diizinkan melewati garis polisi. Eclot berjalan menyusuri sambil mengamati jalan gang dengan cermat. Lalu berhenti di lokasi tepatnya kejadian tragis semalam. Permukaan tanah tersebut sudah digarisi kapur yang membentuk bekas jasad ditemukan.

Garis bentuk besar itu adalah tempat terakhir kali pria baya yang mabuk tewas, masih terdapat pula pecahan botol alkohol di sekitarnya. Hal ini membawa imajinasi seorang investigator bermain. Ia membayangkan bagaimana kejadian semalam bisa terjadi. 

Kemudian ia melangkah maju, melewati dengan hati-hati supaya tidak merusak TKP. Kali ini Eclot melihat tempat tiga korban lainnya ditemukan. 

Dari tempat ini, ia bisa melihat banyak cipratan darah di tembok, yang lantas membuatnya terbayangkan kejadian pada malam itu. Bibirnya bergerak samar, dan suara berbisik menggumamkan kalimat, 

"Aku merasakan firasat buruk..." 


***

Hal pertama yang Thyria rasakan adalah mencium bau darah di sekelilingnya. Lalu ia membuka matanya perlahan, dan dengan iris rubby yang berkilauan, memindai pandangan ke sekitar.

Thyria menyadari dirinya sedang berdiri di suatu tempat. Tempat di mana permukaan tanah di sejauh mata memandang, tampak tandus menghitam, bersama tubuh orang-orang yang tergeletak di mana-mana.

Thyria terkejut. 

"Di mana ini?"

Ia berputar-putar. Semua yang terlihat, nampak menyeramkan. Ia sendirian berdiri di tengah-tengah mayat yang berserakan. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?

Tiba-tiba insting Thyria merasakan sesuatu dari belakang. Ia berbalik, dan terbelalak melihat Lancer menghunuskan pedang ke arahnya. 

"Lancer!"

Thyria tersentak bangun. Mendapati dirinya sudah di kamar, ia menghela napas lega. Tepat disambut dengan bau sedap melewati penciumannya.

Aroma samar-samar membawa Thyria hingga ke depan pintu perpustakaan yang terbuka. Thyria berhenti sejenak di ambang pintu. Bukan orang lain yang harusnya ia temukan dari sumber aroma ini, justru seseorang di sofa itu mengingatkan Thyria pada rasa manis darah saudaranya.

Ia hanya melihat Lancer dari sisi belakang sofa. Sisi buta seseorang, membuat Thyria kembali melangkah seraya tatapan tertuju pada leher Lancer. Naluri memangsa dan akal sehat saling tarik-menarik di dalam dirinya. 

"Thyria." Suaranya yang memanggil, mengerem langkah kaki Thyria di belakangnya. Thyria tersentak sadar. Ia berkedip, lalu semua napsu itu buyar seketika.

"Dari mana kau tahu kalau ini aku?" Thyria berjalan ke depan, duduk di samping Lancer.

"Aku bisa mendengar dan merasakan keberadaanmu di sini," jawab Lancer.

"Tapi kau bukan makhluk sepertiku yang peka terhadap hal halus," sanggah Thyria.

Lancer bungkam sejenak menatapnya. "Menurutmu aku makhluk apa?" tanya Lancer.

"Mmm, manusia," jawab Thyria dengan nada ragu-ragu.

Lancer mengangguk. "Apa kau ingin kubacakan buku cerita?" tawar pria itu, mengalihkan topik kala teringat kebiasaan mereka dulu. 

"Apakah ada buku baru? Aku sudah membaca semua buku dongeng di perpustakaan ini," ucap Thyria memindai pandangannya ke sekitar, di mana seluruh dindingnya tertutupi dengan rak buku yang tinggi-tinggi, tidak ada satu space kosong yang tersisa selain penuh dengan berbagai macam buku.

"Tentu ada. Aku baru membelinya kemarin siang saat melewati toko buku dan teringat denganmu di rumah." Lancer itu lelaki yang sangat perhatian.

"Kenapa kau teringat denganku?" tanya Thyria polos.

"Karena kau orang yang berharga," kata Lancer kemudian beranjak untuk mendekati sisi rak buku dan mengambil satu buku tebal di sana. 

Pada saat itu tatapan Thyria menangkap sebuah koran yang terletak di sudut meja. Thyria iseng membukanya dan ternyata koran itu adalah koran baru di pagi ini. Sebuah judul terbaca olehnya dalam hati. 

"Seorang Pria Ditemukan Tewas Secara Misterius Di Gang. Apakah, Vampir?" Thyria tertegun membeku. Judul tersebut terasa menyindir dirinya.

Begitu Lancer berbalik, dia berderap dengan tenang menghampiri gadis itu kemudian merebut koran dari tangannya. Sontak membuat Thyria terkejut. Dia menatap Lancer dengan kaget sebelum berdiri untuk merebut kembali koran itu. 

"Lancer, kembalikan, aku belum selesai membaca," kata Thyria meraih koran, akan tetapi Lancer tidak membiarkannya.

"Lancer~" rengek Thyria.

"Aku akan membacakan buku cerita yang lebih menarik dari koran ini," ujar Lancer mengelak.

"Tidak mau, aku belum selesai membacanya, sebentar saja~ ya?" Thyria tidak menyerah. Dia maju selangkah dan mencoba mengambil koran itu yang seketika disembunyikan ke belakang tubuh oleh Lancer.

"Tidak, Thy." Lancer menggeleng tegas.

Thyria mengabaikan penolakan itu. Alhasil terjadilah perebutan koran dengan Lancer yang kekeh mempertahankan selama beberapa saat. Beberapa pelayan yang melewati pintu terbuka itu sempat melihat sekilas kakak beradik itu bermain-main. 

Tiba-tiba Thyria salah melangkah, rok gaunnya terinjak dan membuatnya terhuyung ke depan. Tanpa bisa dicegah lagi Thyria jatuh, membuat Lancer terdorong ke belakang hingga mereka terjatuh bersama di atas sofa. Waktu seakan membeku, terhenti, ketika tatapan Thyria terkunci pada iris kuning Lancer yang berkilauan, hidung mereka yang bersentuhan, dan bibir mereka hampir saling bertemu.

Lalu mata rubby itu berpindah turun memandang leher Lancer. Semakin lama Thyria menatap lehernya, semakin membuatnya ingin mengulangi kejadian semalam.

"Thyria, aku harus pergi mengajar." Suaranya bagai menegur lamunan Thyria. 

Thyria pun beringsut bangun dari atas tubuh bidang Lancer. Ia melihat Lancer membenahi pakaiannya. "Kapan kau akan pulang?" tanyanya.

"Mungkin agak malam? Semua persediaan sudah aku simpan di tempat biasa," kata Lancer merujuk pada stok kantong darah untuk Thyria.

"Selama aku belum kembali ke rumah, jangan pergi kemana pun," pesan Lancer.

Thyria mengangguk patuh, dibalas senyuman manis Lancer sambil mengacak rambutnya gemas.

"Aku pergi dulu," pamit pria itu. Thyria berdiri, mengekorinya berjalan ke pintu utama. Melihat saudaranya masuk ke kereta kuda hingga berderap pergi jauh. 

Thyria masuk lagi ke dalam rumah. Perhatiannya lantas terhenti pada bingkai foto besar di dinding. Ia mengamati foto berisikan ayah dan Lancer berdiri di belakang Thyria yang duduk dengan anggun.

Foto yang diambil lima tahun lalu, sebelum ia mengalami perubahan makan dari vegetarian menjadi peminum darah. Saat itu menjadi masa-masa yang sulit bagi Thyria ketika tahu ia bukan manusia. Butuh waktu berhari-hari baginya untuk menerima keadaan diri sebagai vampir.

Karenanya Thyria tahu, Lancer dan ayah bukan vampir seperti dirinya. Dan karena mengetahui mereka bukan keluarga kandung, ia juga pernah bertanya tentang asal usul dirinya pada mereka.

Namun, jawaban ayah tidak memberi petunjuk. 

"Ayah menemukanmu pingsan di pinggir jalan."

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun