Mohon tunggu...
R RindoeDevianty
R RindoeDevianty Mohon Tunggu... Guru - Guru BK SMKN 1 Cilengkrang

Seorang guru BK yang selalu ingin mencoba lebih baik setiap harinya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Lunturnya Budaya Kata Maaf, Tolong, dan Terimakasih di Kalangan Remaja

4 Desember 2022   20:08 Diperbarui: 4 Desember 2022   20:20 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Globalisasi dunia berdampak pada "Modernisasi". Sejatinya modernisasi membawa kepada perubahan social, yang pada akhirnya akan muncul peradaban manusia baru. Hal tersebut pun membawa banyak pengaruh baik maupun buruk. Perkembangan pesat pada bidang teknologi juga merupakan hal yang tidak lagi dihindari oleh semua kalangan termasuk kalangan remaja. 

Satu sisi smartphone yang memudahkan komunikasi antar sesama tanpa dibatasi ruang dan waktu. Hal ini sangat berguna bagi mereka yang memanfaatkan fasilitas seperti untuk mencari ilmu, informasi beasiswa, bahkan informasi sekolah di luar negri, dll. Namun di sisi lain terdapat dampak negatif yaitu mulai luntur nya nilai-nilai luhur budaya. Indonesia merupakan salah satu negara timur, remaja saat ini memiliki pemahaman bahwa nilai-nilai western menjadi patokan kemajuan. Media sosial yang sudah dapat diakses oleh remaja di Negara manapun seakan-akan memberikan patokan nilai "keren" adalah remaja yang mengikuti gaya berpakaian, gaya bicara, bahkan makananpun sudah sangat berkiblat pada Negara Barat.

Hal besar yang sangat terasa adalah bermunculannya remaja yang "individualistis", dimana mereka sudah mulai tidak peduli dengan keadaan lingkungan baik apa yang sedang terjadi atau bahkan tidak mempedulikan lagi apakah mereka memiliki teman disekitar atau tidak. Hal tersebut dikarenakan mereka menganggap bahwa mereka sudah bisa mengekspresikan diri melalui media sosial dan tidak perlu lagi teman. Bukan saja pada teman, tapi remaja saat ini juga bahkan tidak lagi memperhatikan bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain dan juga keluarga. 

Padahal manusia merupakan makhluk sosial, artinya ia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Mereka akan mulai menyadari setelah mereka lulus dari sekolah dan harus masuk dunia kerja, betapa pentingnya memperhatikan gaya komunikasi agar bisa diterima oleh lingkungan kerja. Lingkungan kerja memiliki khas sendiri dimana remaja yang mulai akan masuk tahap dewasa mendapatkan penilaian secara pribadi baik dari atasan ataupun sesame tenaga kerja lain. Gaya komunikasi merupakah salah satu hal penting dalam menentukan nilai remaja di lingkungan pergaulan.

Berkenaan dengan cara berkomunikasi di kalangan remaja, kita dapat melihat sudah mulai lunturnya kata-kata penting dikatakan oleh mereka yang pada era sebelumnya merupakan salah satu ciri budaya kita sebagai "orang timur". Kata-kata tersebut adalah "Maaf", "Tolong", dan "Terimakasih", ketiga kata tersebut sudah jarang kita dengar dilontarkan oleh para remaja baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Padahal ketiga kata tersebut sangat kental dikaitkan dengan keramahan orang Indonesia yang mendapatkan apresiasi dari Negara lain pada awalnya. Bagaimana tidak turis yang datang ke Indonesia merasa diterima dan dianggap menjadi bagian dari keluarga saat berwisata ke Negara kita. Ketiga kata tersebut sering mendapatkan julukan Three Magic Word yang bisa membuat orang yang mendengarnya merasa senang dan dianggap terhormat.

1. Kata "Maaf"

Seorang psikolog klinis di Morris Psychological Group bernama Daniel Watter, Ph.D. meneliti tentang kata "Maaf". Menurutnya, permintaan maaf dapat memberikan efek yang negatif atau positif, bergantung pada bagaimana cara seseorang saat melakukannya. Jika dilakukan dengan terpaksa atau tidak tulus maka. Jika tidak dilakukan dengan tulus, tandanya seseorang masih memiliki berbagai emosi negatif di dalam hati, emosi negatif ini juga dapat memicu beberapa kondisi yang terkait dengan stres seperti penyakit jantung atau nyeri otot. Ketika meminta maaf dengan tulus dan benar-benar menyadari kesalahannya, seseorang akan merasa lebih lega dan tak lagi menahan emosi negatif. 

Pada studi yang dilakukan tahun 2014, 337 peserta yang meminta maaf terlebih dahulu saat ada konflik dengan pasangannya berhasil menurunkan tingkat kemarahan yang mereka rasakan. Studi lain yang dilakukan tahun 2002 menunjukkan efek yang baik pada korban kesalahan saat membayangkan menerima permintaan maaf dari orang yang menyakiti hati mereka. Efek tersebut berupa perlambatan detak jantung, menurunnya tekanan darah dan tingkat keringat, serta menurunnya tekanan yang dirasakan pada wajah.

Mengingat dampak minta maaf tidak hanya berdampak pada fisologis namun juga memberikan dampak yang luar biasa dimana akan membuat perasaan kita menjadi lega dan dapat mencairkan suasana kembali menjadi hangat walaupun kata tersebut terasa sulit untuk diucapkan. Dalam agama manapun kata "maaf" diwajibkan diucapkan oleh orang yang melakukan kesalahan sebagai bentuk penyesalan dan penghargaan terhadap orang lain yang dirugikan dari kesalahan yang dilakukan.

2. Kata "Tolong"

Dalam kehidupan sehari-hari, semua orang pasti membutuhkan bantuan orang lain, karena pada hakekatnya manusia tidak dapat melakukan segala sesuatu sendiri. Mengucapkan  kata "tolong" tidak akan membuat diri kita rendah, dan justru akan terdengar sangat sopan dan justru membuat orang yang kita butuhkan bantuan bantuannya merasa dihargai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun