Kurangnya pemahaman publik yang menganggap konten TikTok sebanding dengan produk jurnalistik berpotensi menciptakan risiko serius: dari hoaks hingga informasi yang misleading, serta informasi yang dikemas dengan bias. Literasi digital harus menjadi agenda utama agar tiap individu mampu kaji konten dengan cermat, mengenal mana yang menghibur dan mana yang dihasilkan oleh proses jurnalistik yang ketat.
Kita harus menyadari bahwa konten TikTok tidak diwawancarai, tidak diperiksa kesahihannya, dan tidak dipertanggungjawabkan seakan produk jurnalis. Oleh karena itu, seluruh informasi yang dihasilkan di sana, tidak peduli seberapa edukatifnya, tetap berstatus konten sosial. Hanya dengan memilah dan mengenali parameter proses jurnalistik --- verifikasi, independensi, dan akuntabilitas --- publik akan dapat menghindari jeratan informasi yang keliru dan menemukan, jika diperlukan, berita yang dihasilkan melalui proses yang sah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI