Mohon tunggu...
Rimayanti Z
Rimayanti Z Mohon Tunggu... widyaiswara - Praktisi Pendidikan

Pengajar walau bukan guru

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sarung untuk Abak

24 Mei 2020   11:34 Diperbarui: 27 Mei 2020   09:22 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Iya, ada apa rupanya?" Tanya Abak lagi.

"Batuk Abak belum sembuh", jawabku.

"Ah, tidak apa-apa. Nanti angin dan ombak akan membuat Abak sehat", katanya sambil tertawa lebar. Terlihat jelas kalau beliau ingin menampakkan kesan dirinya sehat.

"Ambo 4) mau ikut Abak ke laut", kataku. Abak terdiam. Air mukanya seketika berubah. Urat-urat di keningnya menyembul keluar. Wajahnya yang kelam karena selalu terpapar matahari dan panas permukaan laut terlihat makin kelam menahan marah.

"Jangan macam-macam waang 5)," katanya dengan bibir bergetar. "Tugas Waang itu sekolah. Waden 6) mati-matian berkerja kelaut agar nasib waang tidak sama dengan nasib Den. Waang tidak boleh kelaut. Waang tidak boleh memakai jala untuk mencari makan. Dayung Waang pena. Jala Waang komputer. Seperti orang-orang itu", Abak mencecarku dengan kata-kata.

Tampaknya Abak benar-benar marah kali ini. Seumur-umur belum pernah beliau memanggilku dengan Waang. Panggilan kasar untuk anak laki-laki. Walaupun orang laut Abak tidak mengajari kami berbahasa kasar. 

Beliau selalu memanggil kami dengan nak atau nama masing-masing. Kita boleh hidup dilingkungan kasar, namun kita tidak harus terbawa kasar. Begitu beliau selalalu mengajari kami.

Abak masih menatapku nanar. Sarung lusuh yang beliau lilitkan di kepala bergerak-gerak diterpa angin. Aku hanya bisa menunduk sambil menyembunyikan tangis. 

Suara tangis yang terkalahkan oleh bunyi ombak yang menghempas ke pinggir pantai. Di depan pintu Amak kulihat tergugu menahan sedan. Wanita yang terlihat jauh lebih tua dari usia sebenarnya. Guratan wajah cantiknya tertutup oleh nasib.

Amak menyorongkan rantang yang sudah dibungkus sapu tangan ke hadapan  Abak. Satu botol plastik bekas minuman yang berisi kopi turut menyertai. 

Satu botol lagi berisi air putih sebagai bekal abak selama melaut nanti. Tidak lupa kantong plastik berisi sarung bersih yang akan digunakan  Abak shalat subuh pada pulau terdekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun