"Aku juga bercanda kok, Di. Santai aja." Ica langsung tertawa mendengar nada suara Adi yang tiba-tiba menjadi grogi.
"Jadi, besok kita jalan kaki aja. Biar sehat." Ica melanjutkan perkataannya.
"Nanti namaku bukan Pangeran Becak lagi dong." Ujar Adi.
"Kenapa engga. Sekali Pangeran Becak, ya tetap Pangeran Becak. Masa berubah jadi Pangeran Kodok." Sahut Ica.
Mereka terbahak-bahak atas guyonan di antara mereka berdua selama perjalanan menuju rumah. Tanpa mereka sadari, becak yang mereka tumpangi melewati poskamling tempat nongkrong anak-anak lelaki bandel yang juga merupakan teman-teman Adi.
Sekelompok anak-anak remaja tanggung itu semuanya melongo melihat Adi dan Ica lewat di hadapan mereka. Mereka nampaknya tidak senang dengan peristiwa itu.
"Tuh lihat si Adi sekarang jadi sombong. Mentang-mentang bergaul dengan anak orang kaya. Cantik lagi." Ucap salah seorang anak lelaki yang ada di situ sambil menunjuk ke arah Adi dan Ica yang semakin jauh.
"Iya. Si Adi kayaknya sudah lupa sama kita." Kata anak yang lain menimpali.
"Perlu kita beri pelajaran mereka berdua!" Kata anak yang satu lagi memanas-manasi kelompoknya.
"Tunggu tanggal mainnya, Di! Biar tahu rasa kamu ya!" Kelompok anak-anak lelaki berusia tanggung itu mulai merencanakan sesuatu untuk mencelakai Adi dan Ica.