Terkadang aku melirik tanpa berani bicara
terpilih dan memilih diam sebuah cara
Ketika cinta menjadi hegemoni nestapa dari sang pujangga
berpaling dalam rindu gulana sang pemuja untuk si cinta
Ya tuhan, Ia tersenyum sembari menangis
Berharap sang pujaan datang dengan ucapan manis
Berdoa pelan seakan tuhan mendengarnyaÂ
Ia pragmatis dari segi hati dan jiwanya
Raya, ia seorang dengan darah di telapak halusnya
memikul tangisan kedua orang tuanya
Senandungnya membuatku gemetar dibuat rindu tak berdaya
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!