“Apa mereka memandangmu dan memperlakukanmu dengan aneh karena kamu berbeda?”
“Tentu saja tidak, mereka ‘kan keluargaku,” sanggah Ben.
“Nah, kalau mereka saja tidak heran sama kamu, mengapa kamu keheranan melihat kami? Kami juga bebek walaupun bulu kami tidak berwarna hitam atau cokelat seperti bebek lainnya,” tukas Deo. Sambil berbicara dia melompat-lompat kecil dan mematuk-matuk tanah.
“Datanglah ke rumah kami pada akhir pekan ini,” undang Dea. “Kamu bisa bertemu bebek-bebek lain dengan bulu berwarna-warni yang tidak pernah kamu bayangkan sebelumnya. Sepupu-sepupu kami ada yang berbulu biru tua, lho!"
“Tidak apa-apa kalau aku datang?”
“Tentu saja tidak apa-apa; kami senang sekali mendapat teman baru. Tidak masalah warna bulu kita berbeda, kita sama-sama bebek dan kita teman sekelas," kata Deo sambil tersenyum ramah.
Ben cepat-cepat menerima undangan itu. Di belakangnya Ibu Swan meniup peluit untuk menyuruh para bebek dan binatang yang lain memasuki kelas. Hatinya senang karena mendapat teman-teman baru pada hari pertamanya bersekolah. Di mata Ben, dunia jadi terlihat lebih luas dan lebih beragam dibandingkan di rumah.
Ben tiba-tiba teringat sesuatu; Andre yang sedari kecil suka mengolok-olok bulu Ben yang berwarna ungu berhenti mempersoalkan hal itu begitu dia mulai bersekolah. Mungkin karena di sekolah Andre pun bertemu dengan bebek-bebek dengan segala macam warna, bukan hanya ungu dan kuning seperti yang dia temui di rumah. Pikirannya menjadi terbuka dan dia pun berhenti mengucilkan Ben.
Untuk pertama kalinya sejak bangun pagi ini, Ben tidak lagi merasa cemas. Dia sangat gembira karena dia telah bersekolah.
* * *
Kawan, apa kira-kira pesan moral yang kamu dapatkan dari cerita di atas? Bagikan di kolom komentar ya, terima kasih.