"Selamat berbuka Pinto. Maaf ya kamu jadi menunggu. Kesal nih", kata Poni.
"Gak apa-apa. Mungkin Beurit sibuk", jawab Pinto setelah suapan pertama. Suapan yang nikmat buat Pinto. Makan saat lapar banget. Dan nikmat juga buat Poni melihat temannya makan.
"Kenapa sih kamu sabar gitu. Kan harusnya kamu marah?", tanya Poni setelah selesai makan.
"Iya sih. Tapi kalo aku marah kan belum tentu makanannya langsung siap. Memang Beurit itu pesulap?". Pinto masih saja suka bercanda saat suasana begini. Rasa bersalah Poni mulai berkurang.
"Iya, tapi kan Beurit harusnya nyiapin dari awal. Kan aku sudah pesan", Poni tetap keukeuh. "Gak mungkin dia sibuk, lah pengunjung sore ini kan sedikit".
"Iya, tapi kamu gak usah marah gitu kali. Yang kamu marahin tuh anaknya Beurit. Dia kan tidak tahu masalahnya. Cool bro", jawab Pinto.
Poni lalu terdiam. Dia makin bahagia memiliki teman yang sabar dan pengertian seperti ini. Apa ini hasil dari Pinto suka berpuasa?
Setelah lanjut mengobrol beberapa lama, akhirnya mereka berdua pulang.
"Tadi kamu ngomong apa sama anaknya Beurit yang tadi kamu marahin, Poni?", tanya Pinto dari punggung Poni saat jalan menuju rumah mereka.
"Oooh. Tadi aku minta maaf sudah marahin dia", jawab Poni jujur.Â
Pinto lalu tersenyum. Bangga memiliki sahabat yang tidak malu meminta maaf jika bersalah.