Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pagar Bagus yang Tidak Bagus

22 Mei 2019   22:00 Diperbarui: 23 Mei 2019   22:57 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi : pixabay

Jon Koplo muda heran, kenapa dia dipilih menjadi pagar bagus untuk mengiringi pengantin ke pelaminan di hotel berbintang itu. Dia ingin menolak, tapi dia masih berkerabat jauh dengan pengantin perempuan. Lagi pula, Lady Cempluk muda mendapat tugas menjadi pagar ayu. Klop dah dia sama sekali tidak bisa menolak!

Sebelum pasangan pengantin diiringi ke pelaminan, rombongan pagar bagus  disuruh berganti pakaian yang namanya teluk belanga. Maklum, yang menikah itu asli orang Riau dan menggunakan adat Melayu.

Jon Koplo santai saja mengenakan baju teluk belanga, neski agak geli karena kain baju  menyentuh kulit badannya. Tiba mengenakan celana, barulah dia kelabakan. Celana itu sangat licin dan longgar.

"Bagaimana cara memakainya?" tanya Jon Koplo kepada teman di sebelahnya.

"Lho, celana panjangmu tidak dilepas dulu?" Si teman menggeleng-geleng.

"Biarlah celanaku tak dilepas. Pakaian ini terasa geli menyentuh kulit." Jon Koplo meringis.

Si teman akhirnya membantu Jon Koplo mengenakan celana teluk belanga itu, dengan mengencangkan pengikat yang terbuat dari tali benang  di bagian pinggang celana itu. Dan, sip! Semua selesai.

Jon Koplo kemudian mesem-mesem ketika mengiringi pengantin menuju ke pelaminan. Kebetulan Jon Koplo berpasangan dengan Lady Cempluk. Berbunga-bungalah hatinya. Apalagi dia merasa beberapa pasang mata undangan mengarah kepadanya. Makin membusung pula dadanya. 

Setelah pengantin duduk di pelaminan, rombongan pagar bagus dan pagar ayu disuruh mencicipi hidangan lebih dulu. Jon Koplo yang sudah lapar sejak tadi, menerobos sampai ke antrian pertama. Setelah menyendukkan nasi ke piring, kok tiba-tiba kaki Jon Koplo seperti ada yang menahan-nahan? Apakah ada yang tidak senang lantaran tadi dia menyerobot antrian?

Dia mecoba menendang ke arah belakang, tapi kakinya tertahan. Ketika dia menunduk, brrr... ternyata celana teluk belanga tidak lagi membelit pinggang, melainkan membelit mata kakinya. Untung tidak ada orang yang melihat. Untung pula tadi dia tidak melepas celana panjang.

Jon Koplo terpaksa meninggalkan piringnya di meja hidangan dan terseok-seok ke belakang pintu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun