Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - PENULIS
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hutan kata; di hutan aku merawat kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sibaso

3 Februari 2019   09:13 Diperbarui: 3 Februari 2019   09:38 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : shutterstock.com

"Akan ada yang melamarmu?"

"Hmm!" Bersemu merah pipi Makmunah.

"Kurnen-kah?"

Makmunah mengangguk. Panas pantat Murad duduk di bangku teras. Daripada bercakap dengan perempuan itu dan akhirnya berujung perbantahan, lebih baik dia pergi. Juga untuk menghindari amukan keluarga besar Makmunah yang sebentar lagi akan mengepungnya. 

Tidak perduli lagi dia panggilan Makmunah. Dia memilih lari sekencang-kencangnya, demi menghindari bencana dan menyembuhkan rasa sakit hati yang mulai luka dan menganga.

* * *

Setengah tahun hidup dirundung luka, tibalah hari ini luka disiram cuka. Makmunah dilamar Kurnen. Kurnen menanggap gordang sambilan sekaligus Sibaso. Murad sudah enggan menjadi Sibaso. Mendengar Makmunah akan menikah saja, hatinya sudah sakit alang-kepalang. 

Apalagi harus menonton kemesraan mereka berdua. Bisa-bisa kekuatan Sibaso tidak diperoleh Murad. Bisa-bisa dia ambruk di panggung, dan pesta pernikahan Kurnen-Makmunah bakalan heboh.

Murad pura-pura sakit. Tanpa kehadiran Sibaso Murad, para penabuh gordang sambilan seperti kehilangan nyali. Mereka telah tersugesti bahwa Murad memang telah menjadi mediator roh yang memberikan mereka semangat pantang lelah. 

Kurnen akhirnya menemui Murad, setelah mendengar kasak-kusuk penabuh gordang sembilan tentang ketidakakanhadiran seorang Sibaso. 

"Kenapa kau, Murad? Sakit?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun