Hari ini dia mulai liburan sampai selamanya. Setelah kainnya kering, dia akan berkemas. Dia berhenti menyewa di rumah susun itu. Dia akan pulang ke rumah orangtuanya menemui anak gadisnya tercinta. Seminggu setelah itu, dia berharap Parkijo menjemputnya. Mereka akan menikah dengan acara yang sangat sederhana.
Tapi hatinya tiba-tiba tercekat ketika melihat Maman, si penjaja koran, melintas dengan menjinjing jajaannya. Ada foto yang menarik hati Sangkot di salah satu koran yang dibawanya.
"Sini, Man! Lihat sebentar korannya."
Maman tersipu. Sedari dulu dia sudah menyenangi Sangkot. Bahkan sekali-sekali dia mengintip Sangkot mandi atau bergelut dengan pasangan sekejapnya. Tapi untuk memiliki perempuan itu tak mungkin. Selain tak memiliki uang, umur Maman masih muda. Baru empatbelas tahun.
Sangkot mengamati foto di halaman pertama koran yang diangsurkan Maman. Kemudian membaca judul beritanya; "Seorang Preman Tewas Dalam Penertiban Tadi malam". Di bawah foto tertulis jelas nama; "Parkijo".
---sekian---