Guru dan siswa, sering kali mengalami keluhan dan kesulitan dalam mengajar dan memahami. Guru terbentur dengan teknik dan metode yang ingin diajarkan agar siswa paham.Â
Siswa pun juga terbentur dengan keadaan rumah dan masalah jaringan, sehingga sulit memahami setiap butir-butir materi yang diajarkan. Maka dari itu, guru mata pelajaran bahasa Indonesia, terus melakukan evaluasi mengajar, agar siswa dapat memahami dan mengikuti pelajaran dengan baik.Â
Baca juga : Apakah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Efektif di Indonesia?
Para siswa kerap kali mengeluhkan situasi ini, agar dapat kembali belajar di sekolah. Masalah yang sangat sulit dihadapi para siswa, dan membuat siswa stres, ketika siswa melakukan ujian atau Penilaian Akhir Semester (PAS) mata pelajaran bahasa Indonesia.Â
Siswa melakukan ujian secara daring, dengan soal-soal yang sulit dipahami, karena teks wacana dalam soal terlalu kecil dan sulit terbaca, sehingga membuat siswa kesulitan membaca soal. selain itu, adapun ujian lainnya, yaitu dengan diberikannya sebuah tugas. Hal ini sangat membebani siswa.
Peristiwa belajar seperti ini, akan berdampak pada kemampuan, keterampilan, dan kognitif siswa dalam mencerna materi, sehingga tidak dapat berjalan secara efektif.Â
Hal yang dilakukan para pendidik dan peserta didik, agar tidak dapat ketinggalan materi dan pemunduran tingkat pembelajaran bahasa Indonesia. Pendidik harus mendorong hasrat membaca para siswanya agar melakukan kegiatan membaca.
Baca juga : Optimalisasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Selama Pandemi
Solusi tersebut akan meningkatkan pembelajaran bahasa Indonesia, dengan bertambahnya kosakata, wawasan, dan ilmu pengetahuan. Sekaligus meningkatkan literasi atau minat baca kita yang tertinggal yaitu ada pada urutan 60 dari 61 negara berdasarkan hasil data UNESCO. Hal ini harus dibiasakan. Tidak bisa karena tidak terbiasa dan bisa karena terbiasa.