"Istri  anda mana?" Lelaki yang terbaring di sebelah kanan  saya kembali seakan mengejek. Saya pura-,pura tak mendengar, lalu memejamkan mata. Akhirnya lantaran kesal, saya tertidur. Saya baru terbangun ketika sebuah sentuhan lembut menjamah punggung tangan saya.
"Pak Sukendar, sesuai pesan ibu, Â bapak pindah ke ruang vip agar lebih nyaman. Bapak pindah ke dipan ini, ya." O, Â ternyata dia suster. Sorang lelaki mendorong dipan baru yang lebih mewah dan bisa naik turun secara otomatis. Saya berpindah ruangan, Â menyangka akan lebih nyaman tinggal di kamar vip sendirian ketimbang ramai di bangsal. Ada ac, juga bisa menonton tivi sepuasnya.
Namun, saya salah. Ternyata suasananya lebih nikmat di bangsal. Saya bisa bercengkama dengan banyak orang, melihat ragam polah, Â meskipun mereka terkadang membuat kesal. Di ruang vip berdua bersama sopir, sungguh menyedihkan! Tiba-tiba saya merasa kesepian.
"Pak Sukendar, jangan lupa setelah makan malam obatnya diminum." Suster meletakkan semangkok bubur di atas meja, lalu pergi.
---sekian---