Mohon tunggu...
Rifan Nazhip
Rifan Nazhip Mohon Tunggu... Penulis - Menebus bait

Karyawan swasta dan penulis. Menulis sejak 1989 sampai sekarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Membuka Cerita

18 Maret 2021   16:14 Diperbarui: 18 Maret 2021   16:21 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

membuka cerita
tak ada makan siang gratis bagi pengkhayal
kepala hanyalah ide menumbuhkan
jemari adalah kata-kata berima di ombak nada
tetap tersimpan oleh masa
abadi di kepala

akhir hanyalah candu masa lalu
tempik sorak berpendar di angkasa
seperti itu kemegahan di mata
aku belum menata pada onak duri menggalah asa

jalan masih panjang
tak ada mengalah berkalang
dunia tetap berputar pada porosnya
pada tertawa mereka sebar
pada tangis mereka surut
senyum adalah pengakhir
sebelum membuka dengan tanda yang faham
di mana jeda, menghela; di mana menghardik, kerja; di mana bertanya pada gulita; pada titik perhentian adalah akhir
tapi selama gerak pohon-pohon berderak, langkah kaki hendaknya berderap

Plg, 1219

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun