Mohon tunggu...
Ridwan Hasyimi
Ridwan Hasyimi Mohon Tunggu... Seniman - Pekerja Seni

Berteater, nari, dan nulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asik (Meski Asing) The Proposal Versi Sunda

6 Maret 2021   22:42 Diperbarui: 6 Maret 2021   23:26 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak hanya menambahkan lagu, Abuy merombak lakon ini dengan menambahkan sejumlah adegan--bahkan babak—,dialog, dan tokoh baru. Sebelum “masuk” pada cerita, Agus Tubagus (Kido Pauji) terlebih dulu ber-solilokui. Ia memaparkan siapa dan bagaimana dirinya saat itu: seorang lelaki 38 tahun dari keluarga pemilik tanahh yang belum kunjung menikah alias jomblo. Di Cioray, tempat di mana lakon ini berlangsung, 38 adalah usia yang “terlalu matang” bagi seorang laki-laki untuk berumah tangga.

Agus berniat melamar Ratna Kholil (Krisma Jayanti), seorang gadis usia 28 tahun anak Raden Rukmana Kholil (Dwi Februana), seorang duda dan juragan tanah yang mendaku sebagai pemilik Lapang Dage yang terbentang dari Kubang ke Neglasari. Demi menegaskan status dudanya, sutradara menyisipkan adegan percakapan antara Rukmana dan anak gadisnya membicarakan bagaimana jika ia menikah lagi. Percakapan ini tidak berlanjut panjang sebab Ratna buru-buru mengingatkan ayahnya bahwa hal demikian tidak ada dalam naskah Chekov. Hal ini jadi semacam rambu, sebaiknya The Proposal ini tidak dicerna menggunakan kaca mata realisme sebagaimana umumnya lakon tersebut dipersepsi.

Rambu-rambu, atau yang dalam khazanah Brechtian lazim disebut efek alienasi (verfremdungeffekt), makin sering muncul seiring berjalannya pertunjukan. Pada satu adegan, ketika Rukmana duduk berdekatan dengan Agus, ia mengucapkan aside yang menyatakan bahwa ia akan ber-solilokui seraya mengatakan bahwa apa yang diucapkannya “moal kadéngéeun ku Si Agus (tidak akan terdengar oleh Si Agus)”. Di adegan lain, Ratna mengatakan “réalis wé, Pih. Mengalir (realis saja, Pih. Mengalir)” kepada ayahnya tatkala sang ayah merasa ada pengulangan adegan ‘de javu’ ketika ia harus kembali menengahi pertengkaran Agus dan Ratna prihal anjing siapa yang lebih baik, Si Belang milik Agus atau Si Hideung milik keluarga Kholil. Di satu bagian lain, Ratna menegur pemusik yang tak henti memberi musik ilustrasi adegan layaknya sinetron-sinetron.

Kecuali efek alienasi dalam bentuk dialog para tokoh, munculnya lagu yang menginterupsi adegan, yang dalam beberapa bagian dinyanyikan langsung oleh aktor, jadi poin “keganjilan” yang lain. Musik tidak hanya berperan sebagai pembangun suasa, pemberi ilustrasi, dan penegasan latar budaya Sunda, namun juga jadi sebentuk efek alienasi tersendiri. Dengan porsi kemunculan yang pas, musik cukup berhasil membangun suasana dan memberi latar tempat dan waktu yang sesuai.

Munculnya sepenggal lagu: “Abi ceurik//ngabayangkeun//meni jahat diri anjeun ka aing//anjeun ngaku boga taneuh//ngaleos sangeunahna// yang aransemennya mengingatkan pada lagu “Hati Yang Kau Sakiti” yang dipopulerkan Rosa dan belakangan oleh Lyodra, menegaskan bahwa peristiwa nanyaan ini terjadi di jaman kiwari. Selain itu, set berupa rak buku, meja, dan sofa model kekinian serta kostum yang dikenakan para pemain, jelas menandakan masa kini.

Selain musik dan bahasa, munculnya tokoh Karda yang meminta sumbangan pembangunan masjid kepada Rukmana Kholil makin mempertegas tempat berlangsungnya peristiwa tersebut. Siapa tak akrab dengan adegan semacam itu?

Di penghujung pertunjukan, Abuy menambahkan “babak tambahan” berupa adegan pernikahan Agus dan Ratna. Mengenakan busana serba putih khas pengantin seraya ditemani seorang juru rias, mereka berdua berjalan menuju “pelaminan”. Berbarengan dengan kemunculan mereka, dari arah penonton, dua orang fotografer nyuruntul masuk ke panggung membawa serta dua lampu halogen LED yang terpasang pada tripod. Dua benda itu seketika saja mengubah ruang tengah menjadi pelaminan. Rukmana berperan bak MC menyilakan tamu undangan untuk menghaturkan selamat. Burudul, sekitar tujuh orang muncul dari arah penonton. Memberi selamat, berfoto dengan pengantin, dan berpose sampai pungkas pertunjukan.

Pada adegan pernikahan itu, meski dalam suasana cair, penuh humor dan improvisasi, Abuy masih berupaya mengikat lakon ini agar tetap utuh dan sinambung dengan “babak utama”. Cerita pokok lakon soal perbedaan pandangan antara Agus dan Ratna tentang kepemilikan Lapang Dage dan anjing siapa yang terbaik, masih berlanjut sampai pelaminan dalam bentuk yang lain. Pose mereka ketika difoto jelas menunjukan itu. Dalam satu pose, mereka nampak benar-benar patukang tonggong dengan masing-masing tangan menunjuk ke arah yang berlawanan.

Sebagai komedi, pertunjukan tersebut mencapai salah satu targetnya: membuat penonton tertawa dan terhibur. Selama lebih kurang satu jam, akting Kido, Krisma, dan Dwi yang natural dan diselipi berbagai tingkah dan kata-kata bodor mampu membuat tiga puluhan penonton yang seluruhnya undangan terpingkal-pingkal malam itu, Selasa, 2 Maret 2021 di Studio Ngaos Art, Tasikmalaya.

Meski demikian, pada beberapa bagian, dinamika emosi pemain kurang nampak. Adegan cekcok yang tensinya terus menanjak kurang berimbang dengan greget emosi yang ditampakan para pemain. Ketidakberimbangan ini nampak pula ketika musik mengiringi aktor bernyanyi. Kedunya seperti berlomba untuk untuk sampai finish lebih dulu, terutama ketika Agus dan Ratna nge-rap. Tata cahaya juga masih cenderung terlalu berhati-hati, seperti segan menaik-turunkan intensitas cahaya ketika diperlukan. Adegan Agus dan Ratna di lantai dua rumah sesaat sebelum menikah kurang mendapat fokus sebab cahaya terlalu terang di ruang utama.

Diluar semua catatan-catatan tersebut, The Proposal yang rencananya akan dipentaskan keliling ini jadi sebentuk oase ditengah gersangnya panggung teater di masa pandemi. Pentas virtual memang menjamur, namun tidak mampu menuntaskan dahaga kerinduan akan “panggung yang sebenarnya”, bagi pemain maupun bagi penonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun