Semasa kemarin kamu dan kita merajut rasaÂ
Enggan beralih walau bulan mendenyut kasaÂ
Paruh itu menjulak semakin bersemarak kataÂ
Tempat terasa tajam mencekam dengan tiupan sapaÂ
Entah siapa yang menyapa namun nyata masih berbahagia dengan kitaÂ
Mengenal dan bertutur, menyindir dan bertegur dengan tawa dan candaÂ
Begitulah cara menyindir hawa senja yang nampaknya mau menyapa
Embun mulai membasah dan meraba dengan redup kata yang menyangkal kehangatan bersamaÂ
Rangkulan kata berakhir, aku, kamu, kita sepetang  serasa, semasa dan merindu untuk sendu yang candu