Mohon tunggu...
Petani Itu Keren
Petani Itu Keren Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Memerhatikan Dunia Pertanian dan Peternakan Indonesia. Mendukung penyejahteraan petani sebagai pahlawan pangan nasional.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Meninggalkan Polemik Data Pangan, Menapaki Peta Jalan Lumbung Pangan Dunia

9 Oktober 2018   12:45 Diperbarui: 9 Oktober 2018   12:57 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mentan menjelaskan, peta jalan swasembada pangan 2016-2045 menjadi acuan bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi bahan pangan, sehingga secara perlahan impor bisa diturunkan. Saat ini, peta jalan tersebut sudah dijalankan dan mulai membuahkan hasil. Pada 2016, misalnya, Indonesia sama sekali tidak mengeluarkan kebijakan impor beras medium. Selain itu, impor jagung berhasil diturunkan hingga 60 persen.

Melalui peta jalan itu, menurut mentan, pemerintah menargetkan swasembada kedelai dan gula konsumsi pada 2019, sedangkan swasembada gula industri ditargetkan tercapai pada 2025. Adapun swasembada daging sapi dan bawang putih masing-masing ditargetkan pada 2026 dan 2033. 

"Lalu pada 2045, Indonesia ditargetkan menjadi lumbung pangan dunia," tegasnya.

Mentan Amran Sulaiman mengungkapkan nilai produksi pertanian di dalam negeri terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Pada 2017, nilai produksi pertanian mencapai Rp 1.344 triliun, naik 35,17 persen dibanding Rp 994 triliun pada 2013, atau meningkat 6,18 persen dari tahun lalu yang mencapai Rp 1.266,36 triliun.

"Investasi di sektor pertanian pada 2017 mencapai Rp 45 triliun, tumbuh 14 persen per tahun sejak 2013," tuturnya.

Dia menambahkan, nilai ekspor pertanian juga terus menunjukkan tren peningkatan. Pada 2017, nilai ekspor pertanian mencapai Rp 441,89 triliun, naik 24,5 persen dibanding 2016 sebesar Rp 355,01 triliun, atau meningkat 32 persen dari 2013 yang mencapai Rp 334,34 triliun.

Mentan Amran Sulaiman mengemukakan, kebutuhan total investasi komoditas pangan/pertanian strategis pada 2019-2023 diperkirakan mencapai Rp 68,08 triliun atau Rp 13,62 triliun per tahun, dengan potensi penghematan devisa Rp 83,76 triliun selama lima tahun (2019-2023).

"Potensi penciptaan total kesempatan kerja pada 2019-2023 mencapai 1,87 juta orang atau 0,37 juta orang per tahun," ujarnya.

Untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri, kata Mentan Amran Sulaiman, pihaknua telah melakukan deregulasi di sektor pertanian. Deregulasi tersebut di antaranya mencabut 50 permentan/kepmentan dan melakukan penyesuaian terhadap 241 permentan/kepmentan untuk memberikan kemudahan pelayanan.

Dia menambahkan, Kemtan juga telah mengembangkan 10 komoditas pangan/pertanian strategis untuk mengurangi 50 persen importasi dan mencapai sasaran penurunan inflasi di bawah 3 persen pada 2019-2023.

Sejalan dengan itu, menurut mentan, Kemtan dalam empat tahun terakhir telah melakukan perluasan dan optimasi lahan sawah seluas 1,16 juta hektare, membangun 2.758 unit embung dan parit, dan memodernisasi pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun