Saya hampir tidak pernah nonton TV. Mungkin karena sudah ada gadget. Gadget lebih menarik dari pada televisi, untuk kepentingan pendidikan, hiburan, pengobat stress, reuni hingga yang menimbulkan stress. Â
Aneka suguhan itu sebenarnya pilihan. Mau yang mana, tinggal sekali klik bakal muncul dalam hitungan detik.
Kalau saya boleh hitung, 80% teman-teman lebih menyukai hiburan. Sisanya 20% untuk pengetahuan (ilmu dan agama) serta berita politik. Saya tahu mengapa hiburan lebih laris, terutama yang lucu-lucu, sangat digemari.Â
Coba saja posting lawakan, pasti banyak yang lihat dan komen. Makanan, rekreasi dan beragam mainan, pasti laris manis. Beda lagi dengan teka-teki, kuesioner (kecuali berhadiah uang), tausiah agama atau sharing ilmu, hanya sedikit yang perhatian.
Pagi-pagi, di group medsos, umumnya memang ada saja yang mengingatkan Salat, Tahajud atau Salat Subuh. Sesudah itu, perlahan, merangkak berubah, akan nyentuh makanan, kemudian peristiwa (banjir, macet, kecelakaan, pencurian, perko****, peram*****, hingga yang porn*).Â
Semuanya ada. Tetapi tidak selaris kalau posting atau update status tentang huburan. Ketika kita posting dalam perjalanan wisata, pasti banyak yang melihat dan ada saja pertanyaan yang diajukan. Mulai dari ke mana, di mana, ada apa hingga makan apa.
Itulah gambaran aktivitas kita. Rutin dan mudah ditebak.
Waktu saya kuliah dulu, kayaknya tidak beda jauh dengan realita dunia nyata saat kerja sekarang. Melihat fenomena sekarang akhirnya tidak kaget. Mahasiswa yang serius sedikit.Â
Di masyarakat saya lihat yang serius juga sedikit. Mahasiswa yang banyak belajar atau dekati dosen hanya untuk ngejar nilai. Di masyarakat juga demikian.Â
Satu dua saja yang serius, tulus membangun. Lainnya, jadi penonton, pendengar atau tidak peduli. Kita ngumpulin iuran, bikin tempat sampah, kerja bhakti, esensinya hanya rutinitas.Â