Mohon tunggu...
Ridha Afzal
Ridha Afzal Mohon Tunggu... Perawat - Occupational Health Nurse

If I can't change the world, I'll change the way I see it

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies bagi PDIP, Jika Elektabilitas Prabowo Anjlok

4 September 2020   07:42 Diperbarui: 4 September 2020   07:35 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: sinarharapan.co.id

  Luka Lama

Politik ya.. seperti itulah. Tidak mengenal arti kata 'luka lama'. Yang ada adalah 'kepentingan selamanya'. Karena itu, kalau dulu PDIP setengah mati bela-belain Ahok yang berkompetisi dengan Anies Baswedan, kini PDIP harus fokus pada masa depan. Dari pada mikir Ahok yang tidak lebih dari 'history', PDIP akan lebih memilih bagaimana fokus ke Pemilu 2024.

Masih jauh sih, namun tidak masalah jika sekarang sudah mulai pasang perhitungan.

PDIP Cari Calon Terkuat

PDIP pasti akan memilih calon yang terkuat untuk maju. PDIP tidak bakalan milih calon yang kemungkinan kalah. Berita paling santer saat ini dari PDIP adalah kemungkinan menjagokan Prabowo, Puan dan Ganjar. Mereka masih menimbang-nimbang.

Untuk sementara, saat ini Ketua Umum PDIP, Megawati masih berkonsentrasi pada bagaimana memenangkan Pilkada. Sumatera Barat misalnya, yang menjadi sorotan Megawati, mengingat PDIK kalah telak di provinsi tersebut. 

Bagi Megawati kekalahan PDIP di Pilkada akan menjadi ancama di Pemilu 2024. Oleh sebab itu, Megawati sangat serius memikirkan bagaimana merumuskan pemenangan Pilkada Desember 2020 ini.

Di samping tentu saja, calon-calon kuat yang muncul ke permukaan akan menjadi bahan pertimbangan. Nama Prabowo misalnya, akan tetap menjadi bahan diskusi yang bakal menuai kontroversi. 

PDIP menilai, prabowo bisa saja akan tidak lagi populer di Pemilu mendatang. Dia akan ditinggalkan oleh penggemarnya yang kecewa sesudah melihat bahwa Prabowo telah 'berkhianat' kemudian bergabung dengan Kabinet Jokowi.

Di sisi lain, bukan tidak mungkin Prabowo tetap populer, akan tetapi berat. Melihat pengalaman dua periode kekalahannya dalam Pemilu, penggemar Prabowo akan melirik kandidat lain yang lebih fresh. 

Inilah yang tidak gampang untuk diputuskan.
Sementara, mengangkat Puan dan Ganjar pun tidak mudah. Elektabilitasnya masih di bawah ekspektasi. 

Kini, lembaga-lembaga Survey mulai mengidentifikasi rumusan pengkajian siapa-siapa nanti kandidat yang punya namanya bisa dijual.

Berangkat dari sinilah nanti PDIP akan mengambil langkah lebih konkrit terkait siapa sebenarnya calon kuat yang akan mereka usung.

Anies Baswedan Bagi PDIP 

Pergulatan pencalonan Gubernur DKI lalu, sempat sengit. PDIP menelan pil pahit, karena kandidat yang dijagokan keok. Ahok, yang mati-matian diperjuangkan oleh PDIP ternyata tidak mampu memenangkan Pilgub nya. Padahal, PDIP sangat berharap. Bagi PDIP, kemenangan Pilkada di Ibukota memegang peran dan berpengaruh besar secara politis bagi pemenangan Pemilu mendatang.

Bagaimanapun PDIP harus obyektif dalam membuka mata. Kapabilitas Anies tidak bisa dilihat hanya dengan sebelah mata. Anies memiliki potensi yang tidak dimiiki oleh banyak kandidat. Anies cerdas, berwawasan, relasi luas, memiliki nama yang bisa dijadikan sebagai dukungan bahkan di kalangan internasional. 

Diundangnya Anies ke beberapa negara, meraih peghargaan dalam mengelola Jakarta di leve internasional, harus dijadikan penilaian obyektik di mana Kepala Daerah dari PDIP tidak memiliki prestasi yang sama.

Risma di Jatim misalnya, belum bisa dibandingkan sebagai kandidat yang 'pas' untuk besaing 'melawan' Anies. Kapabilitas Anies juga tidak bisa disamakan juga dengan Ganjar Pranowo atau Ridwan Kamil meski keduanya disebut memiliki prestasi dalam penanganan Covid-19.  

Anies Vs Prabowo

Prabowo banyak bermain di belakang layar bagi kemenangan Anies. Banyak kalangan mengakui keberhasilan Anies tidak lepas dari campur tangan Prabowo. Terpilihnya Anies menjadi Gubernur DKI adalah keberhasilan Prabowo.

Di sinilah peran besar Prabowo sebagai orang yang tidak perlu secara fisik main sebagai aktor utama. Prabowo tetap dianggap pahlawan apabila tetap mempertahankan peran di belakang layar seperti ini.

Beberapa pengamat meramalkan sangat berat bagi Prabowo untuk meraup kemenangan bila maju ke Pemilu 2024. Tetapi kalau bermain sebagaimana yang dia perankan kala Pilkda DKI Jakarta lalu, Prabowo dianggap mampu menjaga nama harum namanya, di mata pengangumnya. Mereka bakal memilih kandidat yang direkomendasikan oleh Prabowo.

Skenario munculnya nama Prabowo dan Anies dalam bursa persaingan Capres nanti, bisa dipastikan tidak bakal terjadi. Ada kemungkinan Prabowo sendiri yang akan 'mundur' meski ada desakan dari Gerindra. Bagi Prabowo, visi misi menyelamatkan negeri ini tidak harus ditunjukkan secara langsung lewat campur tangan dia secara fisik. Melainkan bisa melalui tangan-tangan orang lain yang dibinanya.

Jika Elektabilitas Prabowo Anjlok

Salah satu hasil survey yang ditunggu oleh PDIP adalah elektabilitas orang-orang yang dikedepankan, baik dari kalangan internal PDIP seperti Puan dan Ganjar, maupun dari luar partai seperti Prabowo, Ridwa Kamil dan Anies Baswedan.

Menurut   hasil survey dari CPCS, empat nama di atas adalah yang terkuat muncul sebagai kandidat Capres 2024, dengan urutan Prabowo (18.4%), Ganjar Pranowo (13.5%), Ridwan Kamil (11.3%) dan Anies Baswedan (10.6%). Kriteria yang digunakan dalam survey ini adalah karakter personal sang calon, terdiri dari sejumlah dimensi utama, yaitu kompetensi, integritas, dan akseptabilitas (Pikiran Rakyat-Cirebon, 21/8/2020).  

Hasil survei yang dirilis oleh dua lembaga lainnya, yaitu Indo Barometer dan Parameter Politik Indonesia-Political Research and Consulting (PPI dan PPC) juga menempatkan Prabowo sebagai kandidat capres terkuat untuk Pilpres 2024, mengalahkan tiga nama-nama di atas, termasuk Sandiaga Uno (CNN Indonesia, 12/6/2020).

Bukti ini menunjukkan bahwa nama Prabowo masih tetap sebagai primadona dalam Capres 2024 nanti. Hanya saja, angka-angka di mana elektabilias Prabowo walaupun berada di papan atas, paling tinggi masih 18%. 

Adalah tidak mungkin kemenangan seorang preseiden hanya dengan sebanyak 18% dari seluruh suara yang ada. Masih ada kemungkinan terjadi perubahan elektablitas ini karena Pemilu 2024 masih jauh.

Tidak menutup kemungkinan, elektabilitas Prabowo bakal anjlok dari pendukungnya yang dulu sempat kecewa. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Maarif, yang menyatakan bahwa ada hal yang sulit dilupakan oleh alumni 212 dari sikap Prabowo (CNN Indonesia, 12/6/2020). Jumlah mereka di atas 7 jutaan suara.

Jika ini terwujud, niat PDIP untuk mengusung Prabowo, akan dibayang-bayangi oleh lirikan nasionalis Ketum PDIP terhadap sosok Anies Baswedan. 

Itupun, jika motivasi PDIP murni atas dasar mengedepankan prinsip, bahwa yang ada pada dunia politik adalah kepentingan abadi, bukan sentimen pribadi.

Malang, 4 September 2020
Ridha Afzal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun