Mohon tunggu...
Ridd
Ridd Mohon Tunggu... -

-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Fatamorgana Kehidupan Sempurna

27 Agustus 2025   10:09 Diperbarui: 27 Agustus 2025   09:21 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada suatu waktu, aku melihat seseorang yang segala hal dalam hidupnya tampak sempurna. Dari luar, ia terlihat memiliki segalanya---keluarga yang hangat, karier yang stabil, senyum yang tak pernah absen dari wajahnya. Kupikir, siapa yang tidak ingin berada di posisinya? Ya, meski aku tahu ia memiliki beberapa kekurangan, semua orang tentu akan setuju jika kita menyimpulkan bahwa ia memiliki kehidupan yang sempurna.

Waktu terus berjalan, hingga tiba hari di mana kami mulai saling bercerita. Sejak itulah ia menjadi sahabatku. Sejak itulah pula ia mulai membuka dirinya, menceritakan kehidupannya padaku---tentang hidup yang, ternyata, tak pernah benar-benar ia inginkan untuk dijalani.

Semua pandanganku berubah ketika aku mendengarkan cerita-ceritanya, satu per satu. Perlahan aku tak lagi menginginkan kehidupan sepertinya. Aku sadar, aku tak akan sanggup memikul beban yang ia tanggung dalam diam.

Barangkali begitulah hidup. Kita sering kali mengharapkan hal-hal yang tak pernah ada dalam hidup kita. Kita mengira bahwa sesuatu yang dimiliki orang lain akan membuat hidup kita lebih baik. Namun, bahkan jika suatu waktu takdir berbaik hati menghadirkan apa yang kita harapkan, hidup belum tentu menjadi lebih indah daripada yang kita jalani hari ini.

Mungkin memang begitulah dunia: tempat segala fatamorgana. Karena itulah ia dinamakan fana---sesuatu yang tidak abadi, sesuatu yang tampak menakjubkan dari kejauhan, namun bisa lenyap begitu saja ketika kita mendekatinya.

Dan pada akhirnya, kita hanya perlu mensyukuri hidup yang kita punya. Menerima segala duka dan bahagianya. Mensyukuri segala yang ada maupun yang tiada. Bukankah belum tentu kita benar-benar mau menjalani hidup orang lain jika kita mendengar seluruh kisahnya? Pun jika ada orang lain yang menginginkan kehidupan seperti kita, belum tentu ia sungguh-sungguh mau ketika mendengar seluruh cerita kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun