Bahkan, meski mereka tahu ada banyak tokoh hebat di negeri ini yang lahir dari kebiasaannya menulis, mereka tetap tak menghiraukan. Kalau ini dianggap salah, maka sebenarnya mesti dicari dulu penyebabnya. Tak hanya tunggal, melainkan berlapis-lapis. Bahkan, bertingkat-tingkat pula.Â
Yang paling bisa kita raba adalah tak adanya upaya serius untuk mengenalkan tokoh-tokoh ini di ruang publik, khususnya di lembaga-lembaga pendidikan.Â
Kajian-kajian mengenai tokoh dan pemikiran mereka tak cukup mendapatkan porsi di lingkungan yang katanya diisi oleh kalangan terpelajar. Sebagai contoh, apakah pemikiran HOS. Cokroaminoto misalnya, dikaji secara mendalam sehingga membuahkan konsep maupun teori baru yang dapat digunakan sebagai pijakan bernalar?Â
Sementara, kalaupun ada kajian mengenai tokoh dan pemikirannya tak jarang kajian itu bersifat sangat terbatas. Hanya ada di lingkungan tertentu. Akibatnya, kurang terpublikasikan secara lebih luas dan mampu diserap oleh masyarakat, terutama kaum muda.
Mengapa bisa begitu? Salah satu penyebabnya, ketokohan mereka kerap didudukkan dalam posisi yang sangat sederhana. Yaitu, sebagai tokoh politik atau minimal disosokkan sebagai pahlawan. Bukan sebagai pemikir.
Wah, kalau sudah menyentuh wilayah politik, agaknya saya mesti hati-hati. Sebab, mesin-mesin politik yang dinamai partai bisa saja mendadak jadi sangat sensitif. Telinga mereka lebih tajam menangkap gema dan suara. Omongan apapun bisa dituding sebagai provokasi.Â
Yang juga menjadi masalah di sejumlah daerah---seperti Pekalongan---penulis belum dipandang sebagai pekerjaan yang menjanjikan. Padahal, banyak bakat baru yang terus lahir dan tumbuh.Â
Akan tetapi, ekosistem yang tak cukup mendukung membuat pertumbuhan itu mandeg di tengah jalan. Bahkan, beberapa di antara mereka tumbang. Ironi memang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI