Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis, Perlukah Dipaksa?

30 Juli 2025   03:48 Diperbarui: 30 Juli 2025   10:58 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: menulis cerita. (Sumber: Saliha Büyükkaya/Pexels.com via kompas.com)

Bahkan, meski mereka tahu ada banyak tokoh hebat di negeri ini yang lahir dari kebiasaannya menulis, mereka tetap tak menghiraukan. Kalau ini dianggap salah, maka sebenarnya mesti dicari dulu penyebabnya. Tak hanya tunggal, melainkan berlapis-lapis. Bahkan, bertingkat-tingkat pula. 

Yang paling bisa kita raba adalah tak adanya upaya serius untuk mengenalkan tokoh-tokoh ini di ruang publik, khususnya di lembaga-lembaga pendidikan. 

Kajian-kajian mengenai tokoh dan pemikiran mereka tak cukup mendapatkan porsi di lingkungan yang katanya diisi oleh kalangan terpelajar. Sebagai contoh, apakah pemikiran HOS. Cokroaminoto misalnya, dikaji secara mendalam sehingga membuahkan konsep maupun teori baru yang dapat digunakan sebagai pijakan bernalar? 

Sementara, kalaupun ada kajian mengenai tokoh dan pemikirannya tak jarang kajian itu bersifat sangat terbatas. Hanya ada di lingkungan tertentu. Akibatnya, kurang terpublikasikan secara lebih luas dan mampu diserap oleh masyarakat, terutama kaum muda.

Mengapa bisa begitu? Salah satu penyebabnya, ketokohan mereka kerap didudukkan dalam posisi yang sangat sederhana. Yaitu, sebagai tokoh politik atau minimal disosokkan sebagai pahlawan. Bukan sebagai pemikir.

Wah, kalau sudah menyentuh wilayah politik, agaknya saya mesti hati-hati. Sebab, mesin-mesin politik yang dinamai partai bisa saja mendadak jadi sangat sensitif. Telinga mereka lebih tajam menangkap gema dan suara. Omongan apapun bisa dituding sebagai provokasi. 

Yang juga menjadi masalah di sejumlah daerah---seperti Pekalongan---penulis belum dipandang sebagai pekerjaan yang menjanjikan. Padahal, banyak bakat baru yang terus lahir dan tumbuh. 

Akan tetapi, ekosistem yang tak cukup mendukung membuat pertumbuhan itu mandeg di tengah jalan. Bahkan, beberapa di antara mereka tumbang. Ironi memang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun