Waktu itu, saya hampir mendobrak pandangan itu. Tetapi, saya lantas mikir, "Lho, sekelas Puthut EA saja bicara begitu. Lha, saya yang belum punya kelas apa kuasa saya?"Â
Alhasil, saya pun meng-oke-kan saja. Bukan sepenuhnya setuju atau sepakat, melainkan menghindar dari perdebatan yang bisa saja akan memalukan diri sendiri. Sambil kemudian, saya renungi apa yang menjadi pikiran saya.
Bahwa, menulis merupakan kecakapan berbahasa adalah benar adanya. Tetapi, apakah setiap orang mampu menguasai bahasa? Rupanya tidak.Â
Bahwa, menulis merupakan sarana belajar berpikir kritis tidaklah keliru. Akan tetapi, sejauh mana orang mau mendayagunakan pikirannya? Rupanya tidak semua orang sanggup.
Bahwa, menulis merupakan sarana berkomunikasi yang tersistem dan terstruktur memang demikian adanya. Hanya, dalam kenyataannya, komunikasi yang dijalankan bisa saja mengalami kebuntuan. Why? Karena ada banyak kegagalan dalam pembelajaran bahasa.
Lalu, perlukah mencari yang harus disalahkan? Rasa-rasanya akan semakin capai jika itu dilakukan. Ada banyak lapisan yang mesti ditembus. Ada banyak kesalahan pula yang mesti ditebus.
Mungkin, akan lebih enak kalau kita merebus telur sambil memasak mi instan. Setidaknya, untuk mengganjal perut yang keroncongan. Ya, macam anak kos saat kelaparan, mereka butuh makan. Sementara aktivitas lainnya pasti akan diabaikan. Apalagi menulis?
Ya, menulis butuh energi. Salah satu energi yang mesti disiapkan ya makanan. Maka, makan saja dulu sebelum menulis. Siapa tahu saat makan ada seekor lalat yang nyemplung ke dalam mangkuk. Dan dari situ kita mendapatkan ide untuk menulis. Atau, boleh jadi setelah makan kita bisa bikin tulisan review makanan yang kita bikin sendiri.Â
Artinya, sebenarnya apa saja bisa ditulis. Nggak harus menunggu disuruh apalagi dipaksa. Nulis, ya nulis aja.
Tapi, sekali lagi, apakah menulis adalah sebuah kebutuhan? Jawabannya bisa sangat beraneka macam. Relatif. Bagi mereka yang suka menulis pun berbeda-beda tujuannya. Jadi, tidak bisa dilihat secara sepintas. Hitam putih.
Semua tujuan itu juga sah-sah saja. Tidak perlu diperdebatkan. Sebab, setiap orang juga punya kebutuhan-kebutuhan yang mesti dicukupi untuk menopang kehidupan masing-masing. Termasuk, ketika ada seseorang yang nggak memilih menulis sebagai bagian yang mesti ia kerjakan.Â