Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Menulis, Perlukah Dipaksa?

30 Juli 2025   03:48 Diperbarui: 30 Juli 2025   10:58 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: menulis cerita. (Sumber: Saliha Büyükkaya/Pexels.com via kompas.com)

Waktu itu, saya hampir mendobrak pandangan itu. Tetapi, saya lantas mikir, "Lho, sekelas Puthut EA saja bicara begitu. Lha, saya yang belum punya kelas apa kuasa saya?" 

Alhasil, saya pun meng-oke-kan saja. Bukan sepenuhnya setuju atau sepakat, melainkan menghindar dari perdebatan yang bisa saja akan memalukan diri sendiri. Sambil kemudian, saya renungi apa yang menjadi pikiran saya.

Bahwa, menulis merupakan kecakapan berbahasa adalah benar adanya. Tetapi, apakah setiap orang mampu menguasai bahasa? Rupanya tidak. 

Bahwa, menulis merupakan sarana belajar berpikir kritis tidaklah keliru. Akan tetapi, sejauh mana orang mau mendayagunakan pikirannya? Rupanya tidak semua orang sanggup.

Bahwa, menulis merupakan sarana berkomunikasi yang tersistem dan terstruktur memang demikian adanya. Hanya, dalam kenyataannya, komunikasi yang dijalankan bisa saja mengalami kebuntuan. Why? Karena ada banyak kegagalan dalam pembelajaran bahasa.

Lalu, perlukah mencari yang harus disalahkan? Rasa-rasanya akan semakin capai jika itu dilakukan. Ada banyak lapisan yang mesti ditembus. Ada banyak kesalahan pula yang mesti ditebus.

Mungkin, akan lebih enak kalau kita merebus telur sambil memasak mi instan. Setidaknya, untuk mengganjal perut yang keroncongan. Ya, macam anak kos saat kelaparan, mereka butuh makan. Sementara aktivitas lainnya pasti akan diabaikan. Apalagi menulis?

Ya, menulis butuh energi. Salah satu energi yang mesti disiapkan ya makanan. Maka, makan saja dulu sebelum menulis. Siapa tahu saat makan ada seekor lalat yang nyemplung ke dalam mangkuk. Dan dari situ kita mendapatkan ide untuk menulis. Atau, boleh jadi setelah makan kita bisa bikin tulisan review makanan yang kita bikin sendiri. 

Artinya, sebenarnya apa saja bisa ditulis. Nggak harus menunggu disuruh apalagi dipaksa. Nulis, ya nulis aja.

Tapi, sekali lagi, apakah menulis adalah sebuah kebutuhan? Jawabannya bisa sangat beraneka macam. Relatif. Bagi mereka yang suka menulis pun berbeda-beda tujuannya. Jadi, tidak bisa dilihat secara sepintas. Hitam putih.

Semua tujuan itu juga sah-sah saja. Tidak perlu diperdebatkan. Sebab, setiap orang juga punya kebutuhan-kebutuhan yang mesti dicukupi untuk menopang kehidupan masing-masing. Termasuk, ketika ada seseorang yang nggak memilih menulis sebagai bagian yang mesti ia kerjakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun