Mohon tunggu...
Ribka MentariKusuma
Ribka MentariKusuma Mohon Tunggu... Administrasi - Ribkaphefferkorn_

Menuju tak terbatas dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

3726 Mdpl

19 Februari 2020   22:26 Diperbarui: 19 Februari 2020   22:42 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

***
Waktu sudah menunjukan pukul 07.04, dan jelas gerbang sudah ditutup oleh pak Tayono yang terkenal sangarnya. Nihil rasanya aku dan pras bisa masuk gerbang jam segini. Dan benar aku dan pras disuruh kembali ke rumah. "karena bagaimana pun alasanya kalian tidak disilin " ucap pak Tayono.

***
Pras membawa mei -- mei dan aku ke jalan Flamboyan. Aku tidak tahu kita akan pegi kemana "kita mau kemana pras ?" tanyaku. Yang selanjutnya tidak ada jawaban apapun. Oh iya, dari awal kita berboncengan pras tidak berbicara satu kata pun. "oh ya kan kamu bisu " ucapku keceplosan. Pras pun langsung menghentikan motornya secara mendadak. "aww" ucapku saat helmku dan helmnya berbenturan. 

"Ngomong apa lo barusan ?" Tanya pras untuk pertama kalinya. "akhirnya, ngomong juga lo, enggak Kirei kira lo gak bisa ngomong alias bisu ?" ucapku sambal sedikit tertawa dan langsung mendapat tatapan tajam. "abisnya pras gak pernah ngomong sama kirei, jadi kirei cari cara biar pras bisa ngobrol sama Kirei" jujurku. "aneh" jawab pras. Kemudian pras melajukan kembali si mei -- mei dan aku pun bertanya lagi "kita mau kemana pras ?" namun lagi -- lagi masih tidak ada jawaban.

***
"hei bangun" ucapku pras seraya menggoyangkan badanku. Saat ku membuka mata "wow" aku takjub dengan semua yang ada di depanku. "kita ada dimana pras ?" tanyaku yang tak kunjung mendapat jawaban. "puncak" jawab pras. Tidak ada yang memulai percakapan, aku dengannya sama -- sama sibuk apa yang ada dihadapan kita. Sampai ketika aku melihat arloji di tanganku "pras aku harus pulang, mamaku asti nyariin" ucap Kirei geilsah, "yuk" seraya pras berdiri dari zona nyamannya.

***
Malam pun mau tak mau datang menjelang, sinar jingga kemerahan di ufuk barat berganti hitam kelabu, perlahan namun pasti, bintang -- bintang menampakkan sinarnya di langit hitam nan kelam. Saat aku membuka pintu "klek" "kenaja aja lo?" sambar ibuku. "itu dariii....." belum selesai menjawab ibuku sudah kembali bertanya "apaan ini ?" Tanya ibuku sambil memperlihatkan sebuah foto. 

Saat aku melihat foto itu "deg" foto itu adalah foto saat ak dengan pras sedang menunggangi kuda besiku dengan posisi aku sedang memluk pras dan bersandar dibahunya. "ki....ki...kirei ketiduran bu" ucapku sambil gelagapan. "lo bolos sekolah ?" teriak ibuku. "bukan bolos sekolah bu tapiii....." belum selesai berbicara ibuku sudah bermain kasar. Ia mengamuk seperti bukan layaknya seorang ibu kepada anaknya. Aku hanya diam tidak melakukan pembelaan apapun. Aku akui semua ini adalah salahku.

***
Aku terbangun dari gelapnya malam, mataku sembab, badanku penuh dengan luka mulai dari luka di bibir, tangan, kaki, perut, kepala, ah dan semua yang terjadi 3 jam lalu masihku ingat. Aku pun beranjak dai tempat tidurku, lalu akupun mulai mempacking peralatanku kedalan tas carrierku. "aku butuh ketenangan" isakku. Aku keluar rumah lewat jendela kamarku. Aku membuka gerbang dengan sangat hati -- hati, dan mendorong si mei -- mei sampai jauh dari rumahku, kemudian menyalakannya, lalu berkendara digelanya malam disertai tangisan dan dinginya malam. "bu aku pergi".
***
Langit hitam berganti merah jingga di ufuk timur. Matahari tampak malu menyalakan sinarnya. Nuja tampak bingung, waktu sudah menunjukan pukul 07.30 dan Kirei masih belum menampakkan batang hidungnya. Nuja pun beranjak dari tempat duduk untuk berjalan dikoridor kelas. "pras......" teriak Nuja saat melihat Pras berjalan di koridor kelas.

"apaan" jawab Pras.

"lo lihat Kirei gak ?" Tanya Nuja.

"lah kan lo temennya" jawab Pras.

"lo kan tetangganya" balasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun