Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Perubahan Tiada Henti Toyota Indonesia, Membangun Manusia Sebelum Membuat Produk dengan QCC

24 Agustus 2016   01:18 Diperbarui: 24 Agustus 2016   02:05 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Korea, yang baru merdeka 15 Agustus 1948 setidaknya dapat menjadi contoh bagi  Indonesia yang merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Meski berbeda 3 tahun kemerdekaan, perkembangan Indonesia dengan Korea begitu jauh. Indonesia begitu ketinggalan. Contohnya saja, pada hasil teknologi, seperti Samsung yang begitu dikenal di Indonesia dan dunia, sedangkan produk Indonesia, tidak bisa menembus ke negara luar. Semua bida dipelajari melalui buku, mengingat hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Sonny Irawan dari PQM Consultant mengungkapkan, perkembangan suatu perusahaan tergantung pada people-nya.  Tidak hanya pada peralatan saja. Awalnya QCC juga tidak begutu popule. Satu-satunya cara untuk survive adalah meningkatkan produktivitas.tidak hanya meningkatkan kualitas tetapi pembangunan SDM-nya. Masalahnya di banyak organisasi, QCC diimplementasikan begitu saja tanpa mengubah budaya.

Sementara Zuhri, perwakilan dari Kemenaker mengutararakan, inspirasi dan motivasi pada kualitas pembangunan manusia secara keseluruhan tertuang pada Nawacita No.5 . Hal ini sesuai dengan semangat Kaizen, yakni mengutamakan kualitas pendidikan Indonesia. Sedangkan mengenai  model membangun manusia sebelum menghasilkan produk, tidak terlepas dari Nawacita ke-6, yang menjadi fokus pemerintah untuk meningkatkan produktivitas masyarakat dalam persaingan global. Hal yang tepat karena dilangsungkan sehari menjelang satu hari peringatan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus, yakni pada ulang tahun Indonesia ke-71, yang berfokus kepada kerja nyata yang diikuti perbaikan dan perubahan yang bersifat kualitatif.

Pembahasan mengenai buku “Perubahan Tiada henti” semakin menarik saat berlangsung sesi diskusi.

Joice Tauris Santi, editor buku Perubahan Tiada Henti dalam launching buku yang dipandu Cincy S, pembawa acara Kompas TV (dokpri)
Joice Tauris Santi, editor buku Perubahan Tiada Henti dalam launching buku yang dipandu Cincy S, pembawa acara Kompas TV (dokpri)
Keterlibatan Semua Pihak

QCC memperhatikan respek karyawan di bawah dalam mengeksplore Ide yang ada. Atasan mendukung QCC tetapi bukan secara pidato. Setiap atasan harus turun langsung ke bawah dan tidak sekedar menerima laporan di belakang meja.  Semua karyawan dalam setiap level menyadari kendali mutu ada di tangan mereka. Perbaikan kecil maupun besar dapat memberikan kemajuan.


Dalam QCC juga dikenal Genchi Genbutsu, yakni frasa dalam bahasa Jepang yang berarti pergi dan lihatlah sendiri. Dalam sebuah organisasi besar, terkadang informasi yang tersebar sudah terdistorsi atau tidak lengkap. Cara nyata untuk memahami masalah adalah datang ke lapangan untuk mengetahui keadaan dan duduk perkara yang sebenarnya.

Jika hendak melakukan genchi genbutsu, seseorang harus genchi yang berarti ke tempat kejadian untuk mengecek genbutsu atau objek terkait. Menurut Taiichi Ohno, ahli industri dan pebisnis Jepang, selain data pada manufaktur, fakta juga merupakan hal yang penting. Ini menunjukkan perbedaan fundamental di Jepang dengan dunia Barat. Di barat, pengetahuan dan informasi dicerna di kantor atau di ruangdireksi. Di Jepang, dilakukan langsung di lapangan atau di pabrik.

Budaya melihat ke lapangan atau genchi genbutsu sangat mirip dengan budaya blusukan. Sesuai artinya, blusukan adalah datang ke lapangan, melihat secara langsung. Dengan datang sendiri ke lapangan, dapat melihat sendiri bagaimana kondisi sebenarnya tidak hanya berdasarkan laporan atau informasi dari orang lain saja.Budaya ini mengemuka setelah Presiden Joko Widodo gemar berkunjung ke berbagai tempat , tidak sekedar menerima laporan dari belakang meja saja.

Pertanyaannya, bagaimananbisa melakukan secara sukarela?

Kuncinya terletak ada envolving (keterlibatan). QCC tidak adakan jalan jika kita tidak envolving. Melakukan hal-hal melalui QCC, seperti presentasi hasil akhir, mengeluarkan kemampuan dan membangun, produktivitas, dan diskus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun