Kesejahteraan mental adalah salah satu aspek paling penting dalam kehidupan setiap individu. Kesejahteraan mental mencakup perasaan bahagia, seimbang, dan mampu mengatasi tekanan dalam hidup sehari-hari. Mahasiswa adalah kelompok yang berisiko tinggi mengalami tekanan dan stres akademik, sosial, dan emosional. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan dalam angka bunuh diri di kalangan mahasiswa. Dalam tulisam ini penulis akan sedikit mengulas fenomena maraknya bunuh diri di kalangan mahasiswa, faktor-faktor yang berkontribusi terhadap krisis ini, implikasi pada individu dan masyarakat, serta upaya-upaya yang dapat diambil untuk mengatasi dan mencegah krisis kesejahteraan mental ini.
Fenomena Maraknya Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa
Statistik mengenai bunuh diri di kalangan mahasiswa menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Mahasiswa di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan India, melaporkan tingginya angka bunuh diri. Menurut American College Health Association, pada tahun 2019, 66,2% mahasiswa merasa sangat tertekan dalam 12 bulan terakhir, sedangkan 41,1% melaporkan bahwa mereka telah mengalami rasa putus asa yang parah. Data ini mencerminkan betapa seriusnya krisis kesejahteraan mental ini di kalangan mahasiswa.
Faktor-Faktor yang Meningkatkan Risiko Bunuh Diri Mahasiswa
Beberapa faktor dapat berperan dalam meningkatkan risiko bunuh diri di kalangan mahasiswa:
Tekanan Akademik
Mahasiswa seringkali menghadapi tekanan besar untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi. Tuntutan untuk mempertahankan IPK yang baik dan bersaing dengan rekan-rekan sekelas dapat meningkatkan stres.
Tingkat Harapan yang Tinggi
Harapan yang tinggi dari diri sendiri dan dari orang lain, seperti keluarga dan teman-teman, dapat menciptakan tekanan yang tidak terlalu sehat.
Isolasi Sosial