Mohon tunggu...
Arie Riandry
Arie Riandry Mohon Tunggu... Mahasiswa Jurusan Studi Agama Agama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Teks Komersil

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Krisis Kesejahteraan Mental Mahasiswa: Maraknya Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa

17 Oktober 2023   07:40 Diperbarui: 17 Oktober 2023   07:55 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Ilustrasi oleh Kompas.com

Kesejahteraan mental adalah salah satu aspek paling penting dalam kehidupan setiap individu. Kesejahteraan mental mencakup perasaan bahagia, seimbang, dan mampu mengatasi tekanan dalam hidup sehari-hari. Mahasiswa adalah kelompok yang berisiko tinggi mengalami tekanan dan stres akademik, sosial, dan emosional. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan dalam angka bunuh diri di kalangan mahasiswa. Dalam tulisam ini penulis akan sedikit mengulas fenomena maraknya bunuh diri di kalangan mahasiswa, faktor-faktor yang berkontribusi terhadap krisis ini, implikasi pada individu dan masyarakat, serta upaya-upaya yang dapat diambil untuk mengatasi dan mencegah krisis kesejahteraan mental ini.

Fenomena Maraknya Bunuh Diri di Kalangan Mahasiswa

Statistik mengenai bunuh diri di kalangan mahasiswa menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Mahasiswa di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan India, melaporkan tingginya angka bunuh diri. Menurut American College Health Association, pada tahun 2019, 66,2% mahasiswa merasa sangat tertekan dalam 12 bulan terakhir, sedangkan 41,1% melaporkan bahwa mereka telah mengalami rasa putus asa yang parah. Data ini mencerminkan betapa seriusnya krisis kesejahteraan mental ini di kalangan mahasiswa.

Faktor-Faktor yang Meningkatkan Risiko Bunuh Diri Mahasiswa

Beberapa faktor dapat berperan dalam meningkatkan risiko bunuh diri di kalangan mahasiswa:

Tekanan Akademik

Mahasiswa seringkali menghadapi tekanan besar untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi. Tuntutan untuk mempertahankan IPK yang baik dan bersaing dengan rekan-rekan sekelas dapat meningkatkan stres.

Tingkat Harapan yang Tinggi

Harapan yang tinggi dari diri sendiri dan dari orang lain, seperti keluarga dan teman-teman, dapat menciptakan tekanan yang tidak terlalu sehat.

Isolasi Sosial

 Rasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial dapat membuat mahasiswa merasa terisolasi dan rentan terhadap stres emosional.

Gaya Hidup yang  tidak Sehat

Pola tidur yang buruk, nutrisi yang tidak seimbang, dan kurangnya aktivitas fisik dapat memengaruhi kesejahteraan mental.

Stigma Terhadap Kesejahteraan Mental 

Stigma sosial yang melekat pada masalah kesejahteraan mental dapat mencegah mahasiswa untuk mencari bantuan.

Implikasi pada Individu dan Masyarakat

Krisis kesejahteraan mental mahasiswa tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat dan lembaga pendidikan. Individu yang mengalami stres dan tekanan emosional yang tinggi cenderung memiliki kualitas hidup yang rendah dan kinerja akademik yang buruk. Bunuh diri mahasiswa juga merenggut masa depan yang berpotensi produktif, dan itu adalah kerugian besar bagi masyarakat.

Selain itu, maraknya bunuh diri di kalangan mahasiswa menimbulkan perhatian serius bagi lembaga pendidikan tinggi. Universitas dan perguruan tinggi harus bekerja lebih keras untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental mahasiswa. Kegagalan dalam mengatasi krisis ini dapat merusak reputasi lembaga dan mengurangi minat siswa untuk berkuliah di sana.

Upaya-Upaya untuk Mengatasi Krisis Kesejahteraan Mental Mahasiswa

Mengatasi krisis kesejahteraan mental mahasiswa memerlukan upaya bersama dari berbagai pihak:

Pendidikan dan Kesadaran

Pendidikan mengenai kesejahteraan mental harus ditingkatkan. Mahasiswa harus diberi pengetahuan untuk mengidentifikasi tanda-tanda gangguan mental dan mencari bantuan.

Layanan Kesehatan Mental

Perguruan tinggi harus menyediakan layanan kesehatan mental yang mudah diakses bagi mahasiswa. Ini termasuk konseling, terapi, dan dukungan emosional.

Mengurangi Stigma

Kampanye untuk mengurangi stigma terhadap masalah kesejahteraan mental harus didorong. Mahasiswa harus merasa nyaman untuk mencari bantuan tanpa takut dicap sebagai lemah.

Dukungan Sosial

Perguruan tinggi dapat mempromosikan komunitas yang mendukung dengan memfasilitasi kelompok-kelompok dukungan, klub, dan kegiatan sosial.

Keseimbangan Kehidupan

Mahasiswa harus diberi kesempatan untuk menjaga keseimbangan antara akademik dan kehidupan pribadi. Ini termasuk mengedukasi mahasiswa tentang manajemen stres dan self-care.

Krisis kesejahteraan mental mahasiswa dengan maraknya bunuh diri di kalangan mahasiswa adalah masalah serius yang memengaruhi individu, perguruan tinggi, dan masyarakat. Upaya untuk mengatasi krisis ini harus mencakup pendidikan, dukungan kesehatan mental, pengurangan stigma, dan pemberian kesempatan kepada mahasiswa untuk menjaga keseimbangan dalam hidup mereka. Hanya dengan upaya bersama, kita dapat mengurangi angka bunuh diri di kalangan mahasiswa dan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih sehat secara kesejahteraan mental.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun