Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Yang Dirindukan dari Kampung Halaman saat Tradisi Mudik

25 April 2023   17:00 Diperbarui: 25 April 2023   17:01 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah tempat tinggal sebelumnya, yang menjadi tempat favorit untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan sahabat. Di rantau tak ada kolam ikan, sawah, dan kebun. Pasti akan kangen berat sama tempat itu. Ketenangannya, kesyahduannya, dan bagaimana tempat itu secara ajaib selalu bisa menghibur kami.

Makan bersama di sana dengan piring daun pisang. Ada lalap petai cina, ikan bakar segar. Seru sekali dan enak. Sementara waktu, says tak bisa ke tempat itu lagi. Tapi, menemukan tempat favorit lain di kota rantaun ini adalah solusi.

Bahasa yang begitu beragam di dunia ini akan membuat kita rindu pada bahasa di daerah asal kita saat merantau. Terutama buat kalian yang merantau di daerah yang memiliki perbedaan bahasa dengan tempat tinggal selama ini.

Keenam, rindu suasana pasar di kampung.

Kangen banget, bebasnya kita menggunakan bahasa daerah di kampung halaman. Olo. Mangan hita. Hei... tudia de hamu. Begitu. Kadang bahasa kasar di kampung dirindukan. Ceplas-ceplos. Apalagi di pasar. Duduk di lapak mama saya berjualan.

Begitu juga di pasar jonjong dekat rumah. Duduk di lapak sayur sahabat saya. Eh malah yang lain datang berkerumun sehingga lupa berjualan. He he he.


Sementara, dirantau saya harus menggunakan bahasa lemah lembut. Tak bisa memanggil keras-keras karena berbeda. Di sini lebih dipahami warga sekitar bahasa lemah lembut.

Bahasa lemah lembut dirantau itu juga menyenangkan. Tapi adakalanya juga rindu suasana berbahasa di kampung. Ada hal-hal tertentu yang bikin merantau kadang terasa berat. Tapi musti dijalani dengan semangat. 

Sebab semua sudah berubah. Mama dan Ayah di kampung sudah tiada. Saudara semua pun sudah merantau. Sahabat-sahabat di kampung pun sibuk mengurusi urusan rumah tangga mereka. Jika kerinduan pada hal-hal di atas menyerang, saya pun ingat lagi tujuan merantau...

Saya tak kuat bertani. Saya pun tak kuat tinggal di kampung. Panas. Suasana di kampung pun tak sesuai lagi dengan latar kehidupan anak-anak yang terbiasa berbahasa lemah lembut. Ya. Tetap semangat! Bila rindu kampung, kita pulang. Tradisi unik dan menggelitik, ya pulang kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun