Mohon tunggu...
YUSRIANA SIREGAR PAHU
YUSRIANA SIREGAR PAHU Mohon Tunggu... Guru - GURU BAHASA INDONESIA DI MTSN KOTA PADANG PANJANG

Nama : Yusriana, S.Pd, Lahir: Sontang Lama, Pasaman. pada Minggu, 25 Mei 1975, beragama Islam. S1-FKIP UMSB. Hobi: Menulis, membaca, menyanyi, baca puisi, dan memasak.Kategori tulisan paling disukai artikel edukasi, cerpen, puisi, dan Topik Pilihan Kompasiana.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

4 Penyebab Anak Merasa Tak Percaya Diri

3 Maret 2023   18:41 Diperbarui: 8 Maret 2023   04:10 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak tidak percaya diri (Sumber: shutterstock)

Deretan guru dan juga orangtua bila di rumah (dokumentasi pribadi)
Deretan guru dan juga orangtua bila di rumah (dokumentasi pribadi)

Keempat, Orang Tua Kaku dengan Menilai Kemampuan Anak Berdasar Nilai Rapor Saja

Tak sedikit pula orangtua menilai kemampuan anak berdasarkan nilai dan prestasi rapor saja. Ketika saya membagikan rapor siswa di semester 1 kemarin. Beberapa siswa, hampir separuhlah dari 32 siswa saya, mereka tetap duduk di kursi mereka.

Mereka enggan berpindah atau pulang. Meski saya sudah menutup pertemuan dengan doa penutup majelis. Wajah mereka sumringah tapi resah. Terlihat tak bahagia. Ternyata mereka takut pulang. "Kenapa?"

"Takut dimarahi, Bu." Jawab mereka.

"Duh, Ibu dua kali ada merah di rapor pas SMP. Sekali Bahasa Indonesia dan sekali lagi kesenian." Ayah dan Mama Ibu guru tak marah tuh. "Malah, saya dipeluk dan dicium kala itu. Mereka kangen sama Ibu guru."

Ayah dan mama saya tak pernah marah ketika kami mendapatkan nilai yang kurang baik. Namun, pada mereka orangtua murid saya, langsung melabeli anak kurang pintar dan memarahi mereka karena nilainya buruk.

Hal ini jika terjadi terus-menerus dapat berdampak pada rendahnya rasa percaya diri anak di sekolah. Jangan dimarahi, Bun. Bukan anak kita yang salah bila nilai mereka buruk. Itu salah guru di sekolah dan salah Bunda dirumah. 

Ada guru, membiarkan saja muridnya tak serius belajar. Lalu membiarkan muridnya cabut atau tak menyelesaikan tugas tepat waktu. Sejatinya, kita guru tahu mengapa siswa kita tak serius belajar.

Guru menjemput bila ia cabut. Guru mendudukkannya di dekat kursi guru bila tugasnya tak kunjung diselesaikan. Sabar itu kata kuncinya. Begitu salah seorang teman guru saya di sekolah memberi ide. Hingga ia memang disenangi murid di sekolah.

Pun Ayah Bunda, terutama kita bunda-bunda paling tahu sejatinya, mengapa nilai anak rendah. Saya pernah ketawa. Ketika suami saya yang wartawan tulen, jemput anak ke sekolah. Kala itu istilah keren remedial dan pengayaan baru viral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun