Mohon tunggu...
Riana Dewie
Riana Dewie Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Simple, Faithful dan Candid

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Dawet Kani, Kuliner Baru di Jogja dengan Harga Mahasiswa

14 Oktober 2020   23:55 Diperbarui: 15 Oktober 2020   01:21 1224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dawet Kani Jogja (Riana Dewie)

1. Dawet Khas Kudus
Jika dawet yang biasa saya nikmati itu katanya minuman khas Jepara, dawet Kani sendiri ternyata berasal dari Kudus. Sentra jualan dawet ini awalnya sangat populer di Pasar Kliwon, Kudus dan biasanya bisnis ini dilestarikan secara turun-temurun.
Kini, sang owner, Danial Ahsin, ingin memperkenalkan dawet ini di kota Jogja. Ya, perjuangannya selama kurang lebih 4 bulan "berguru" resep ke seniornya, Dawet Flamboyan di Kudus, membuatnya optimis untuk menembus zona jajanan favorit kota pelajar ini.

Dawet Kani kemasan (Dok. Riana Dewie)
Dawet Kani kemasan (Dok. Riana Dewie)

2. Cendol Dibuat dari Tepung Aren
"Cendol, dawet seger... Piro...Lima ratusan, Terus.... gak pakai ketan... Ji, ro, lu, pat, enam, pitu, wolu....", lirik lagu Cendol Dawet yang selalu bikin pendengarnya auto bergoyang. Hahaha....
Ya, salah satu bukti bahwa popularitas es cendol memang tak tergantikan. Oh ya, ngomongin tentang cendol untuk Dawet Kani, bahan bakunya tidak menggunakan tepung beras seperti cendol pada umumnya.
Namun, tepung aren menjadi bahan utama tanpa campuran apapun sehingga sudah bisa dipastikan butiran cendolnya bertekstur lembut, seperti sutra. Wow :)

3. Disajikan dengan Santan Kental
Nah, seperti yang saya dengar dari pembeli lainnya tadi, Dawet Kani memang disajikan berbeda. Jika dawet biasanya disajikan dengan santan yang cair, jajanan khas Kudus ini disajikan dengan campuran santan cair dan kental.

Dawet Kani dengan santan kentalnya (dok. Riana Dewie)
Dawet Kani dengan santan kentalnya (dok. Riana Dewie)

20 butir kelapa menurutnya bisa menghasilkan Santal Kental untuk 100 porsi dawet. Oh ya, santan kental ini di dalam bahasa Jawa disebut Kanil, sedangkan di Kudus disebut Kani. Itulah asal muasal istilah "Kani" populer di kalangan pecinta kuliner di Kudus.

4. Ditemani Kue Lapis
Owner mengatakan bahwa Dawet Kani makin asyik jika dinikmati bareng Kue Lapis. Kebetulan saat kemarin saya kesana, kue lapisnya belum ready karena memang warung baru dibuka tiga hari. Namun kedepannya, selain dawet, aneka kudapan tambahan akan ditawarkan sebagai pelengkap.

Segarnya Cendol Dawet Kani (Dok. Riana Dewie)
Segarnya Cendol Dawet Kani (Dok. Riana Dewie)

5. Murah Meriah
Setelah saya gosipin Dawet Kani panjang lebar, ada yang penasaran gak sih sama harganya? Hahaha.... Mahal? Halah, siapa bilang. Dawet Kani yang rasanya gurih manis ini sangat ramah kantong kok, mahalan paketan internet kamu kali.
Jadi, per porsi rencana akan dijual sekitar 8 hingga 9 ribu-an saja. Namun karena kemarin pas saya mampir itu masih dalam masa promo, jadi hanya bayar 6-ribu saja per porsi. Woaaa, auto borong buat orang rumah akhirnya :D

***
Ah, jadi gimana, makin kepo dengan Dawet Kani dong? Ya sudah, buat yang penasaran, monggo silakan mampir ke Warung Dawet Kani, Jl. Kaliurang km. 10 Yogyakarta (Utara kantor BRI unit Ngaglik). Ya, sekalian dukung UMKM di sekitar kita kan.

Dawet Kani rasa gula Jawa dan framboz (Dok. Riana Dewie)
Dawet Kani rasa gula Jawa dan framboz (Dok. Riana Dewie)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun