kita akan mengenang rumah burung-burung pematik buih bentang Huma petani yang bernyanyi kaki-kaki pancuran mendadani lembah dengan gambaran hutan menawar gunda pada jarijarinya yang tiada letih*
Kita adalah sepasang burung prisk
Yang tak pernah melupakan masa lalu
Tapi kita juga penuh keyakinan masa depan yang indah
Tak letih meniti teriknya hari
Di sabana hati, kita hijaukan kembali rasa-rasa yang hampir mati
Dan masa lalu adalah humus untuk memupuk cinta
Kita berdua tersenyum, menganyam hari
Tertawa, menertawakan kepedihan masa lalu
Lalu kau menggenggam jariku
Meletakkan dalam detak jantungmu
Kudengarkan iramanya lagu syahdu tentang cinta
Bukit Nuris, 22 September 2020
* Sebait puisi Tikung Kiawa, Iverdixion Tinungki